Rabu, 27 Februari 2013

Pengertian sistem politik menurut David Easton

Pengertian sistem politik menurut David Easton masih memegang posisi kunci dalam studi politik negara. Pengertian struktural fungsional dari Gabriel Almond mempertajam konsep David Easton tersebut. Sistem adalah kesatuan seperangkat struktur yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem politik adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu negara. Pendekatan sistem politik ditujukan untuk memberi penjelasan yang bersifat ilmiah terhadap fenomena politik. Pendekatan sistem politik dimaksudkan juga untuk menggantikan pendekatan klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan. Pendekatan sistem politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk hidup (dari disiplin biologi).

Dalam pendekatan sistem politik, masyarakat adalah konsep induk oleh sebab sistem politik hanya merupakan salah satu dari struktur yang membangun masyarakat seperti sistem ekonomi, sistem sosial dan budaya, sistem kepercayaan dan lain sebagainya. Sistem politik sendiri merupakan abstraksi (realitas yang diangkat ke alam konsep) seputar pendistribusian nilai di tengah masyarakat.
Seperti telah dijelaskan, masyarakat tidak hanya terdiri atas satu struktur (misalnya sistem politik saja), melainkan terdiri atas multi struktur. Sistem yang biasanya dipelajari kinerjanya adalah sistem politik, sistem ekonomi, sistem agama, sistem sosial, atau sistem budaya-psikologi. Dari aneka jenis sistem yang berbeda tersebut, ada persamaan maupun perbedaan. Perbedaan berlingkup pada dimensi ontologis (hal yang dikaji) sementara persamaan berlingkup pada variabel-variabel (konsep yang diukur) yang biasanya sama antara satu sistem dengan lainnya.
Untuk memahami sistem politik Indonesia, layaknya kita memahami sistem-sistem lain, maka harus kita ketahui beberapa variabel kunci. Variabel-variabel kunci dalam memahami sebuah sistem adalah adalah struktur, fungsi, aktor, nilai, norma, tujuan, input, output, respon, dan umpan balik.
Struktur adalah lembaga politik yang memiliki keabsahan dalam menjalankan suatu fungsi sistem politik. Dalam konteks negara (sistem politik) misal dari struktur ini struktur input, proses, dan output. Struktur input bertindak selaku pemasok komoditas ke dalam sistem politik, struktur proses bertugas mengolah masukan dari struktur input, sementara struktur output bertindak selaku mekanisme pengeluarannya. Hal ini mirip dengan organisme yang membutuhkan makanan, pencernaan, dan metabolisme untuk tetap bertahan hidup.
Struktur input, proses dan output umumnya dijalankan oleh aktor-aktor yang dapat dikategorikan menjadi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga aktor ini menjalankan tugas kolektif yang disebut sebagai pemerintah (government). Namun, setiap aktor yang mewakili struktur harus memiliki fungsi yang berbeda-beda: Tidak boleh suatu fungsi dijalankan oleh struktur yang berbeda karena akan menimbulkan konflik kepentingan. Ini pun merupakan dasar dari disusunnya konsep Trias Politika (pemisahan kekuasaan) seperti digagas para pionirnya di masalah abad pencerahan seperti John Locke dan Montesquieu.
Nilai adalah komoditas utama yang berusaha didistribusikan oleh struktur-struktur di setiap sistem politik yang wujudnya adalah: (1) kekuasaan, (2) pendidikan atau penerangan; (3) kekayaan; (4) kesehatan; (4) keterampilan; (5) kasih sayang; (6) kejujuran dan keadilan; (7) keseganan, respek.[1] Nilai-nilai tersebut diasumsikan dalam kondisi yang tidak merata persebarannya di masyarakat sehingga perlu campur tangan struktur-struktur yang punya kewenangan (otoritas) untuk mendistribusikannya pada elemen-elemen masyarakat yang seharusnya menikmati. Struktur yang menyelenggarakan pengalokasian nilai ini, bagi Easton, tidak dapat diserahkan kepada lembaga yang tidak memiliki otoritas: Haruslah negara dan pemerintah sebagai aktornya.
Norma adalah peraturan, tertulis maupun tidak, yang mengatur tata hubungan antar aktor di dalam sistem politik. Norma ini terutama dikodifikasi di dalam konstitusi (undang-undang dasar) suatu negara. Setiap konstitusi memiliki rincian kekuasaan yang dimiliki struktur input, proses, dan output. Konstitusi juga memuat mekanisme pengelolaan konflik antar aktor-aktor politik di saat menjalankan fungsinya, dan menunjuk aktor (sekaligus) lembaga yang memiliki otoritas dalan penyelesaikan konflik. Setiap negara memiliki norma yang berlainan sehingga konsep norma ini dapat pula digunakan sebagai parameter dalam melakukan perbandingan kerja sistem politik suatu negara dengan negara lain.
Tujuan sistem politik, seperti halnya norma, juga terdapat di dalam konstitusi. Umumnya, tujuan suatu sistem politik terdapat di dalam mukadimah atau pembukaan konstitusi suatu negara. Tujuan sistem politik Indonesia termaktub di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, sementara tujuan sistem politik Amerika Serikat termaktub di dalam Declaration of Independence.
Input dan output adalah dua fungsi dalam sistem politik yang berhubungan erat. Apapun output suatu sistem politik, akan dikembalikan kepada struktur input. Struktur input akan bereaksi terhadap apapun output yang dikeluarkan, yang jika positif akan memunculkan dukungan atas sistem, sementara jika negatif akan mendampak muncul tuntutan atas sistem. Umpan balik (feedback) adalah situasi di mana sistem politik berhasil memproduksi suatu keputusan ataupun tindakan yang direspon oleh struktur output.
Analisis mengenai kinerja sistem politik sering merujuk pada teorisasi yang disusun oleh David Easton. Uraian Easton mengenai sistem politik kendati abstrak dan luas tetapi unggul dalam pencakupannya. Artinya, teori Easton ini mampu menggambarkan kinerja sistem politik hampir secara holistik dan sebab itu sering disebut sebagai grand theory. Uraian Easton juga bersifat siklis, dalam arti sebagai sebuah sistem, sistem politik dipandang sebagai sebuah ­organisme hidup yang mencukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya sendiri, mengalami input, proses, output, dan dikembalikan sebagai feedback kepada struktur input. Struktur input kemudian merespon dan kembali menjadi input ke dalam sistem politik. Demikian proses tersebut berjalan berputar selama sistem politik masih eksis.
Pemikiran sistem politik Easton juga tidak terlepas dari pandangan umum ilmu sosial yang berkembang saat ia menyusun teorinya pada kurun 1953 hingga 1965. Era tersebut diwarnai paradigma ilmu sosial mainstream yang bercorak fungsionalisme. Dalam fungsionalisme suatu sistem dianggap memiliki kecenderungan menciptakan ekuilibrium, adaptasi, dan integrasi dalam kerja struktur-strukturnya. Layaknya tubuh manusia – di mana organ tangan, kaki, kepala, perut, dan lainnya – sistem politik pun memiliki aneka struktur yang fungsi-fungsinya satu sama lain berbeda, saling bergantung, dan bekerja secara harmonis dalam mencapai tujuan dari sistem tersebut.
Namun, pendekatan Easton ini kurang sempurna untuk diaplikasikan sebagai alat analisis sistem politik di dalam skala mikro, yang meliputi perilaku politik individu dan lembaga-lembaga yang tidak secara formal merepresentasikan suatu fungsi di dalam sistem politik. Kekurangan ini lalu dimodifikasi oleh koleganya, Gabriel Abraham Almond. Almond (bersama James Coleman) ini terutama mengisi abstraknya penjelasan Easton mengenai struktur, fungsi, kapabilitas pemerintah, fungsi pemeliharaan dan adaptasi, serta dimensi perilaku warganegara dalam kehidupan mikro politik sehari-hari sistem politik. Almond tetap bekerja menggunakan skema besar sistem politik Easton, tetapi melakukan pendalaman analisis atas level individual di dalam negara.
Analisis sistem politik Indonesia di dalam buku ini menggunakan bangunan teori Easton sebagai kerangka makro dan Almond sebagai kerangka mikro. Keduanya akan digunakan secara komplementatif. Komplementasi konsep Easton oleh Almond ini diantaranya telah ditulis secara baik dan sistematis oleh Ronald H. Chilcote.[2] 
Pendekatan Sistem Politik Easton
Ronald H. Chilcote menyatakan bahwa pemikiran Easton dapat di rujuk pada tiga tulisannya yaitu The Political System, A Framework for Political Analysis, dan A System Analysis of Political Life.[3] Di dalam buku pertama yang terbit tahun 1953 (The Political System) Easton mengajukan argumentasi seputar perlunya membangun satu teori umum yang mampu menjelaskan sistem politik secara lengkap. Teori tersebut harus mampu mensistematisasikan fakta-fakta kegiatan politik yang tercerai-berai ke dalam suatu penjelasan yang runtut dan tertata rapi. 
Easton mendefinisikan politik sebagai proses alokasi nilai dalam masyarakat secara otoritatif. Kata secara otoritatif membuat konsep sistem politik Easton langsung terhubungan dengan negara.[4] Atas definisi Easton ini Michael Saward menyatakan adanya konsekuensi-konsekuensi logis berikut:[5]
  1. Bagi Easton hanya ada satu otoritas yaitu otoritas negara;
  2. Peran dalam mekanisme output (keputusan dan tindakan) bersifat eksklusif yaitu hanya di tangan lembaga yang memiliki otoritas;
  3. Easton menekankan pada keputusan yang mengikat dari pemerintah, dan sebab itu: (a) keputusan selalu dibuat oleh pemerintah yang legitimasinya bersumber dari konstitusi dan (b) Legitimasi keputusan oleh konstitusi dimaksudkan untuk menghindari chaos politik; dan
  4. Bagi Easton sangat penting bagi negara untuk selalu beroperasi secara legitimate.
Menurut Chilcote, dalam tulisannya di The Political System, Easton mengembangkan empat asumsi (anggapan dasar) mengenai perlunya suatu teori umum (grand theory) sebagai cara menjelaskan kinerja sistem politik, dan Chilcote menyebutkan terdiri atas:[6]
  1. Ilmu pengetahuan memerlukan suatu konstruksi untuk mensistematisasikan fakta-fakta yang ditemukan.
  2. Para pengkaji kehidupan politik harus memandang sistem politik sebagai keseluruhan, bukan parsial.
  3. Riset sistem politik terdiri atas dua jenis data: data psikologis dan data situasional. Data psikologis terdiri atas karakteristik personal serta motivasi para partisipan politik. Data situasional terdiri atas semua aktivitas yang muncul akibat pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini muncul dari lingkungan fisik (topografi, geografis), lingkungan organis nonmanusia (flora, fauna), dan lingkungan sosial (rakyat, aksi dan reaksinya).
  4. Sistem politik harus dianggap berada dalam suatu disequilibrium (ketidakseimbangan).
Fakta cenderung tumpang-tindih dan semrawut tanpa adanya identifikasi. Dari kondisi chaos ini, ilmu pengetahuan muncul sebagai obor yang menerangi kegelapan lalu peneliti dapat melakukan klasifikasi secara lebih jelas. Ilmu pengetahuan melakukan pemetaan dengan cara menjelaskan hubungan antar fakta secara sistematis. Politik adalah suatu ilmu pengetahuan dan sebagai ilmu pengetahuan politik memiliki dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Easton memaksudkan teori yang dibangunnya mampu mewakili ketiga unsur ilmiah tersebut.
Dalam konteks bangunan keilmuan, Easton menghendaki adanya suatu teori umum yang mampu mengakomodasi bervariasinya lembaga, fungsi, dan karakteristik sistem politik untuk kemudian merangkum keseluruhannya dalam satu penjelasan umum. Proses kerja sistem politik dari awal, proses, akhir, dan kembali lagi ke awal harus mampu dijelaskan oleh satu kamera yang mampu merekam seluruh proses tersebut. Layaknya pandangan fungsionalis atas sistem, Easton menghendaki analisis yang dilakukan atas suatu struktur tidak dilepaskan dari fungsi yang dijalankan struktur lain. Easton menghendaki kajian sistem politik bersifat menyeluruh, bukan parsial. Misalnya, pengamatan atas meningkatnya tuntutan di struktur input tidak dilakukan secara per se melainkan harus pula melihat keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam struktur output.
Easton juga memandang sistem politik tidak dapat lepas dari konteksnya. Sebab itu pengamatan atas suatu sistem politik harus mempertimbangkan pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan ini disistematisasi ke dalam dua jenis data, psikologis dan situasional. Kendati masih abstrak, Easton sudah mengantisipasi pentingnya data di level individu. Namun, level ini lebih dimaksudkan pada tingkatan unit-unit sosial dalam masyarakat ketimbang perilaku warganegara (seperti umum dalam pendekatan behavioralisme). Easton menekankan pada motif politik saat suatu entitas masyarakat melakukan kegiatan di dalam sistem politik. Menarik pula dari Easton ini yaitu antisipasinya atas pengaruh lingkungan anorganik seperti lokasi geografis ataupun topografi wilayah yang ia anggap punya pengaruh tersendiri atas sistem politik, selain tentunya lingkungan sistem sosial (masyarakat) yang terdapat di dalam ataupun di luar sistem politik. Easton juga menghendaki dilihatnya penempatan nilai dalam kondisi disequilibriun (tidak seimbang). Ketidakseimbangan inilah yang merupakan bahan bakar sehingga sistem politik dapat selalu bekerja.
Dengan keempat asumsi di atas, Easton paling tidak ingin membangun suatu penjelasan atas sistem politik yang jelas tahapan-tahapannya. Konsep-konsep apa saja yang harus dikaji dalam upaya menjelaskan fenomena sistem politik, lembaga-lembaga apa saja yang memang memiliki kewenangan untuk pengalokasian nilai di tengah masyarakat, merupakan pertanyaan-pertanyaan dasar dari kerangka pikir ini.
Lebih lanjut, Chilcote menjelaskan bahwa setelah mengajukan empat asumsi seputar perlunya membangun suatu teori politik yang menyeluruh (dalam hal ini teori sistem politik), Easton mengidentifikasi empat atribut yang perlu diperhatikan dalam setiap kajian sistem politik, yang terdiri atas:[7]
1.    Unit-unit dan batasan-batasan suatu sistem politik
Serupa dengan paradigma fungsionalisme, dalam kerangka kerja sistem politik pun terdapat unit-unit yang satu sama lain saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk mengerakkan roda kerja sistem politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam batasan sistem politik, misalnya dalam cakupan wilayah negara atau hukum, wilayah tugas, dan sejenisnya.
2.    Input-output
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik dapat berupa tuntutan dan dukungan. Tuntutan secara sederhana dapat disebut seperangkat kepentingan yang alokasinya belum merata atas ejumlah unit masyarakat dalam sistem politik. Dukungan secara sederhana adalah upaya masyarakat untuk mendukung keberadaan sistem politik agar terus berjalan. Output adalah hasil kerja sistem politik yang berasal baik dari tuntutan maupun dukungan masyarakat. Output terbagi dua yaitu keputusan dan tindakan yang biasanya dilakukan oleh pemerintah. Keputusan adalah pemilihan satu atau beberapa pilihan tindakan sesuai tuntutan atau dukungan yang masuk. Sementara itu, tindakan adalah implementasi konkrit pemerintah atas keputusan yang dibuat.
3.    Diferensiasi dalam sistem
Sistem yang baik harus memiliki diferensiasi (pembedaan dan pemisahan) kerja. Di masyarakat modern yang rumit tidak mungkin satu lembaga dapat menyelesaikan seluruh masalah. Misalkan saja dalam proses penyusunan Undang-undang Pemilu, tidak bisa hanya mengandalkan DPR sebagai penyusun utama, melainkan pula harus melibatkan Komisi Pemilihan Umum, lembaga-lembaga pemantau kegiatan pemilu, kepresidenan, ataupun kepentingan-kepentingan partai politik, serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Sehingga dalam konteks undang-undang pemilu ini, terdapat sejumlah struktur (aktor) yang masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri.
4.    Integrasi dalam sistem
Integrasi adalah keterpaduan kerja antar unit yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Undang-undang Pemilihan Umum tidak akan diputuskan serta ditindaklanjuti jika tidak ada kerja yang terintegrasi antara DPR, Kepresidenan, KPU, Bawaslu, Partai Politik, dan media massa.
Hasil pemikiran tahap pertama Easton adalah sebagai berikut:[8]

Skema Kerja Sistem Politik Easton
Dalam gambar diatas, Easton memisahkan sistem politik dengan masyarakat secara keseluruhan oleh sebab bagi Easton sistem politik adalah suatu sistem yang berupaya mengalokasikan nilai-nilai di tengah masyarakat secara otoritatifAlokasi nilai hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan yang legitimate (otoritatif) di mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem politik bekerja untuk menghasilkan suatu keputusan (decision) dan tindakan (action) yang disebut kebijakan (policy) guna mengalokasikan nilai.
Unit-unit dalam sistem politik menurut Easton adalah tindakan politik (political actions) yaitu kondisi seperti pembuatan UU, pengawasan DPR terhadap Presiden, tuntutan elemen masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dalam awal kerjanya, sistem politik memperoleh masukan dari unit input.
Input adalah pemberi makan sistem politik. Input terdiri atas dua jenis: tuntutan dan dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik maupun dari lingkungan intrasocietal maupun extrasocietal. Tuntutan ini dapat berkenaan dengan barang dan pelayanan (misalnya upah, hukum ketenagakerjaan, jalan, sembako), berkenaan dengan regulasi (misalnya keamanan umum, hubungan industrial), ataupun berkenaan dengan partisipasi dalam sistem politik (misalnya mendirikan partai politik, kebebasan berorganisasi).
Tuntutan yang sudah terstimulasi kemudian menjadi garapan aktor-aktor di dalam sistem politik yang bersiap untuk menentukan masalah yang penting untuk didiskusikan melalui saluran-saluran yang ada di dalam sistem politik. Di sisi lain, dukungan (support) merupakan tindakan atau orientasi untuk melestarikan ataupun menolak sistem politik. Jadi, secara sederhana dapat disebutkan bahwa dukungan memiliki dua corak yaitu positif (forwarding) dan negatif (rejecting) kinerja sebuah sistem politik.
Setelah tuntutan dan dukungan diproses di dalam sistem politik, keluarannya disebut sebagai output, yang menurut Easton berkisar pada dua entitas yaitu keputusan (decision) dan tindakan (action). Output ini pada kondisi lebih lanjut akan memunculkan feedback (umpan balik) baik dari kalangan dalam sistem politik maupun lingkungan. Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke dalam format tuntutan dan dukungan, dan secara lebih lanjut meneruskan kinerja sistem politik. Demikian proses kerja ini berlangsung dalam pola siklis.
Di dalam karyanya yang lain - A Framework for Political Analysis (1965) dan A System Analysis of Political Life (1965) Chilcote menyebutkan bahwa Easton mulai mengembangkan serta merinci konsep-konsep yang mendukung karya sebelumnya – penjelasan-penjelasannya yang abstrak – dengan coba mengaplikasikannya pada kegiatan politik konkrit dengan menegaskan hal-hal sebagai berikut:[9]
  • Masyarakat terdiri atas seluruh sistem yang terdapat di dalamnya serta bersifat terbuka;
  • Sistem politik adalah seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas perilaku sosial, dengan mana nilai-nilai dialokasikan ke dalam masyarakat secara otoritatif. Kalimat ini sekaligus merupakan definisi politik dari Easton; dan
  • Lingkungan terdiri atas intrasocietal dan extrasocietal.
Lingkungan intrasocietal terdiri atas lingkungan fisik serta sosial yang terletak di luar batasan sistem politik tetapi masih di dalam masyarakat yang sama. Lingkungan intrasocietal terdiri atas:[10]
  • Lingkungan ekologis (fisik, nonmanusia). Misal dari lingkungan ini adalah kondisi geografis wilayah yagng didominasi misalnya oleh pegunungan, maritim, padang pasir, iklim tropis ataupun dingin;
  • Lingkungan biologis (berhubungan dengan keturunan ras). Misal dari lingkungan ini adalah semitic, teutonic, arianic, mongoloid, skandinavia, anglo-saxon, melayu, austronesia, caucassoid dan sejenisnya;
  • Lingkungan psikologis. Misal dari lingkungan ini adalah postcolonial, bekas penjajah, maju, berkembang, terbelakang, ataupun superpower; dan
  • Lingkungan sosial. Misal dari lingkungan ini adalah budaya, struktur sosial, kondisi ekonomi, dan demografis.
Lingkungan extrasocietal adalah bagian dari lingkungan fisik serta sosial yang terletak di luar batasan sistem politik dan masyarakat tempat sistem politik berada. Lingkungan extrasocietal terdiri atas:
  • Sistem Sosial Internasional. Misal dari sistem sosial internasional adalah kondisi pergaulan masyarakat dunia, sistem ekonomi dunia, gerakan feminisme, gerakan revivalisme Islam, dan sejenisnya, atau mudahnya apa yang kini dikenal dalam terminologi International Regime (rezim internasional) yang sangat banyak variannya.
  • Sistem ekologi internasional. Misal dari sistem ekologi internasional adalah keterpisahan negara berdasar benua (amerika, eropa, asia, australia, afrika), kelangkaan sumber daya alam, geografi wilayah berdasar lautan (asia pasifik, atlantik), isu lingkungan seperti global warming atau berkurangnya hutan atau paru-paru dunia.
  • Sistem politik internasional. Misal dari sistem politik internasional adalah PBB, NATO, ASEAN, ANZUS, Europa Union, kelompok negara-negara Asia Afrika, blok-blok perdaganan dan poros-poros politik khas dan menjadi fenomena di aneka belahan dunia. Termasuk ke dalam sistem politik internasional adalah pola-pola hubungan politik antar negara seperti hegemoni, polarisasi kekuatan, dan tata hubungan dalam lembaga-lembaga internasional.
Seluruh pikiran Easton mengenai pengaruh lingkungan ini dapat dilihat di dalam bagan model arus sistem politik berikut:


Model Arus Sistem Politik Easton
Model arus sistem politik di atas hendak menunjukkan bagaimana lingkungan, baik intrasocietal maupun extrasocietal, mampu mempengaruhi tuntutan dan dukungan yang masuk ke dalam sistem politik. Terlihat dengan jelas bahwa skema ini merupakan kembangan lebih rumit dan rinci dari skema yang dibuat Easton dalam karyanya tahun 1953. Keunggulan dari model arus sistem politik ini adalah Easton lebih merinci pada sistem politik pada hakikatnya bersifat terbutka. Dua jenis lingkungan, intrasocietal dan extrasocietal mampu mempengaruhi mekanisme input (tuntutan dan dukungan) sehingga struktur proses dan output harus lincah dalam mengadaptasinya.
Tuntutan dan dukungan dikonversi di dalam sistem politik yang bermuara pada output yang dikeluarkan oleh Otoritas. Otoritas di sini berarti lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan keputusan maupun tindakan dalam bentuk policy (kebijakan), bukan sembarang lembaga, melainkan menurut Easton diposisikan oleh negara (state). Output ini kemudian kembali dipersepsi oleh lingkungan dan proses siklis kembali berlangsung.
Gabriel Abraham Almond dan Struktural Fungsional
Gabriel Abraham Almond adalah salah satu pengguna teori sistem politik Easton. Namun, Almond kurang sreg dengan pendekatan Easton yang terlampau abstrak. Almond juga menyayangkan kurangnya perhatian Easton pada kajian-kajian politik dalam skala mikro.
Menurut Chilcote, pada tahun 1956 – jadi sekitar tiga tahun setelah David Easton meluncurkan karyanya The Political System tahun 1953 -  Gabriel Abraham Almond menerapkan teori sistem tersebut atas sistem politik suatu bangsa sebagai bentuk metode trial and error layaknya sebuah teori. Namun, Almond melakukan sejumlah modifikasi atas teori Easton. Jika Easton membangun suatu grand theory, maka Almond membangun suatu middle-range theory. Secara umum, teori sistem yang dibangun Almond terdiri atas tiga tahap. Pentahapan pemikiran Easton ini mengikuti pendapat Ronald H. Chilcote yang mengacu pada karya-karya penelitian Almond.[11]
Di dalam tulisannya Comparative Polititical System tahun 1956 Almond mengajukan tiga asumsi yang harus dipertimbangkan dalam kajian sistem politik yang terdiri atas:
  1. Sistem menandai totalitas interaksi di antara unit-unitnya dan keseimbangan di dalam sistem selalu berubah;
  2. Hal penting dalam sistem politik bukan semata-mata lembaga formal, melainkan juga struktur informal serta peran yang dijalankannya; dan
  3. Budaya politik adalah kecenderungan utama dalam sistem politik, di mana budaya inilah yang membedakan satu sistem politik dengan sistem politik lain.
Bagi Almond, sistem politik adalah totalitas interaksi antar unit-unit yang ada di dalamnya. Interaksi tersebut tidak hanya sebatas pada lembaga-lembaga (aktor-aktor) politik formal melainkan pula informal. Dapat dibayangkan pengaruh politik struktur-struktur non formal yang dipimpin oleh Kardinal Sin sewaktu perubahan politik Filipina, Uskup Bello saat Timor Timur masih berada di wilayah Indonesia, M. Amien Rais dan K. H. Abdurrachman Wahid yang mewakili Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam pentas politik Indonesia, ataupun pengaruh Pakubuwana secara spiritual bagi politik di tanah Jawa. Easton menghindari kajian atas struktur-struktur seperti ini sementara Almond justru mengapresiasi signifikansinya.
Keseimbangan di dalam sistem politik menurut Almond selalu berubah sehingga sistem politik lebih bersifat dinamis ketimbang statis. Perubahan keseimbangan ini tentu saja tidak lepas dari pengaruh lingkungan intrasocietal dan extrasocietal. Pengaruh tersebut membuat perimbangan kekuatan antar struktur formal berubah dan contoh paling mudah adalah dominannya kekuatan lembaga kepresidenan atas legislatif dan yudikatif di masa pra transisi politik 1998 berganti dengan persamaan dan penyetaraan kekuatan di antara ketiga lembaga tersebut pasca transisi.
Kecenderungan orientasi politik individu atas sistem politik – atau biasa disebut budaya politik – juga berbeda baik antar negara atau bahkan di dalam negara itu sendiri. Almond bersama Sidney Verba secara khusus menyelidiki budaya politik ini yang tersusun di dalam buku The Civic Culture: Political Attitudes and Democracy in Five Nations yang terbit tahun 1963. Pada perkembangannya, konsep budaya politik ini semakin populer dan luas digunakan para peneliti di dunia termasuk Indonesia. Khusus mengenai budaya politik, Almond menyatakan bahwa yang ia maksud dengannya adalah:[12]
  1. Seperangkat orientasi politik yang bersifat subyektif dan berlaku di suatu bangsa, atau sub-sub masyarakat yang ada di dalam bangsa tersebut;
  2. Budaya politik terdiri atas komponen-komponen kognitif (pengetahuan dan kepercayaan tentang realitas politik), afektif (rasa penghargaan atas politik), dan evaluatif (komitmen atas nilai-nilai politik);
  3. Budaya politik adalah hasil sosialisasi politik di masa kanak-kanak, pendidikan, terpaan media, dan akibat sentuhan pengalaman di masa dewasa sehubungan kinerja sosial dan ekonomi yang ditunjukkan pemerintah; dan
  4. Budaya politik berdampak atas struktur dan kinerja pemerintah, di mana dampak ini sifatnya lebih cenderung memaksa ketimbang otomatis menentukan struktur dan kinerja pemerintah.
Budaya politik di masing-masing individu sifatnya subyektif. Subyektivitas ini mendorong terdapatnya lebih dari satu macam budaya politik di dalam masyarakat suatu bangsa. Layaknya budaya yang bersifat sosial (budaya daerah atau lokal), budaya politik masyarakat dalam satu negara sangat mungkin berbeda. Sebagian warganegara Indonesia di propinsi Papua tidak seluruhnya memiliki afeksi atas Negara Kesatuan Republik Indonesia, melainkan hanya pada sistem politik lokal yaitu suku-suku atau klan di mana mereka menjadi anggota (komunitas politik lokal), pendukung Organisasi Papua Merdeka ataupun pro-integrasi.
Kembali pada masalah perkembangan pemikiran Gabriel Abraham Almond, bahwa dalam tahap selanjutnya, Almond – kini bersama James Coleman di dalam bukunya The Political of the Developing Areas yang terbit tahun 1963 – berusaha menghindari terjebaknya analisa sistem politik hanya pada kajian kontitusi ataupun lembaga politik formal. Almond (dan Coleman) kemudian mengarahkannya pada struktur serta fungsi yang dijalankan masing-masing unit politik dalam sistem politik. Dengan demikian, Almond memperkenalkan konsep fungsi guna menggantikan konsep power, sementara konsep struktur digunakannya untuk mengganti konsep lembaga politik formal.
Almond menegaskan bahwa sistem politik memiliki empat karakteristik yang bersifat universal. Keempat karakteristik ini berlaku di negara manapun dan terdiri atas premis-premis:[13]
  1. Setiap sistem politik memiliki struktur-struktur politik;
  2. Fungsi-fungsi (dari setiap struktur) yang sama dapat ditemui di setiap sistem politik;
  3. Setiap struktur politik … bersifat multifungsi; dan
  4. Setiap sistem politik telah bercampur dengan budaya politik (yang dianut warganegara masing-masing).
Setelah mengajukan keempat premis tersebut, Almond memodifikasi struktur input serta output David Easton dan hasilnya adalah Almond berhasil memperjelas abstraknya Easton dalam menjelaskan masalah fungsi input dan output sistem politik sebagai berikut:[14]
Fungsi Input terdiri atas:
  • Sosialisasi dan rekrutmen politik. Fungsi sosialisasi dan rekrutmen politik selanjutnya ditempatkan Almond sebagai fungsi pemeliharaan sistem politik.
  • Artikulasi kepentingan. Struktur yang menjalankan fungsi artikulasi kepentingan adalah kelompok-kelompok kepentingan yang terorganisir yang meliputi tipe: (a) Institutional; (b) Non-Associational; (c) Anomic; dan (d) Associational.
  • Agregasi (pengelompokan) kepentingan. Jalannya fungsi ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu sistem kepartaian yang berlaku di suatu negara dan penampilan fungsi-fungsi agregatif. Sistem kepartaian (menurut Almond) misalnya Authoritarian, Dominant-Authoritarian, Competitif, dan Competitive Multi-party. Penampilan fungsi-fungsi agregatif misalnya tawar-menawar yang sifatnya pragmatis atau sekular, cenderung berorientasi nilai absolut, dan bersifat tradisi ataupun partikularistik.
  • Komunikasi politik. Guna membanding pola komunitasi politik antar sistem politik, Almond mengajukan empat parameter yaitu: (1) Homogenitas informasi politik yang tersedia; (2) Mobilitas informasi (vertikal atau horisontal; (3) Nilai informasi; dan (4) Arah dari arus informasi yang berkembang (komunikator atau komunikan).
Fungsi output terdiri atas :
  • Pembuatan peraturan. Berdasarkan tuntutan dan dukungan serta aneka pengaruh lingkungan intrasocietal dan extrasocietal, input berusaha diterjemahkan menjadi kebijaksanaan umum (policy).
  • Penerapan peraturan. Ketika policy sudah terbentuk, hal yang harus dilakukan adalah melakukan tindak administrasi guna mengimplementasikannya pada ranah publik.
  • Pengawasan peraturan. Ada lembaga khusus yang melakukan pengawasan dan menyelesaikan persengketaan dalam hal pembuatan dan pelaksanaan peraturan.
Menurut Chilcote, setelah merevisi teori sistem politik dari David Easton, Almond meringkas pola pikir sistem politiknya ke dalam skema berikut: [15]
Gambar 3 Diagram Sistem Politik Almond dan Level-level Fungsi
Di level fungsi input, sosialisasi dan rekrutmen politik meliputi rekrutmen individu dari aneka kelas masyarakat, etnik, kelompok, dan sejenisnya untuk masuk ke dalam partai politik, birokrasi, lembaga yudisial, dan sebagainya. Dalam perkembangan pemikirannya kemudian, Almond memasukkan sosialisasi dan rekrutmen politik ke dalam fungsi konversi. Artikulasi kepentingan merupakan ekspresi kepentingan dan tuntutan politik untuk melakukan tindakan.
Melalui skema di atas – masih menurut Chilcote – Almond membagi sistem politik ke dalam tiga level. Level pertama terdiri atas enam fungsi konversi yaitu: (1) artikulasi kepentingan (penyampaian tuntutan dan dukungan); (2) agregasi kepentingan (pengelompokan ataupun pengkombinasian aneka kepentingan ke dalam wujud rancangan undang-undang); (3) komunikasi politik; (4) pembuatan peraturan (pengkonversian rancangan undang-undang menjadi undang-undang atau peraturan lain yang sifatnya mengikat); (5) pelaksanaan peraturan (penerapan aturan umum undang-undang dan peraturan lain ke tingkat warganegara), dan; (6) pengawasan peraturan (pengawasan jalannya penerapan undang-undang di kalangan warganegara).
Fungsi nomor satu hingga tiga berhubungan dengan tuntutan dan dukungan yang masuk melalui mekanisme input sementara fungsi nomor emapt hingga enam berada di sisi keluaran berupa keputusan serta tindakan. Mengenai penjelasan atas tuntutan (demands) dan dukungan (support) yang dimaksud Almond, Jagdish Chandra Johari memetakannya ke dalam tiga aras penjelasan yaitu input, konversi, dan output.[16]
Tuntutan dan Dukungan
Tuntutan adalah raw material atau bahan mentah yang kemudian diolah sistem politik menjadi keputusan. Tuntutan diciptakan oleh individu maupun kelompok yang memainkan peran tertentu di dalam sistem politik (baca: struktur input). Tuntutan sifatnya beragam dan setiap tuntutan punya dampak yang berbeda atas sistem politik. Tuntutan berasal dari lingkungan intrasocietal maupun extrasocietal, yang variannya sebagai:[17]
  1. Tuntutan atas komoditas dan pelayanan, misalnya jaminan sosial, kelancaran bertransportasi, kesempatan menikmati pendidikan, peningkatan pelayanan kesehatan, pembangunan saluran irigasi, ataupun pelayanan birokrasi negara yang tidak berbelit. Konversi atas tuntutan ini berupa artikulasi kepentingan (atau tuntutan). Output berlingkup pada kemampuan ekstraktif semisal pengenaan pajak untuk membiayai jaminan sosial, peningkatan retribusi kendaraan untuk membangun jalan-jalan layang, penaikan pajak perusahaan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pengundangan investor asing untuk membangun saluran irigasi, dan peningkatan hutang negara untuk menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil.
  2. Tuntutan untuk mengatur sejumlah perilaku warganegara seperti penertiban ormas-ormas parayudisial, pembersihan tindak korupsi pejabat negara, atau kompilasi hukum Islam ke dalam hukum publik. Konversi atas tuntutan ini berupa integrasi atau kombinasi kepentingan ke dalam rancangan undang-undang (agregasi). Output berupa kemampuan regulatif yang mengatur perilaku individu, kelompok, ataupun warganegara secara keseluruhan.
  3. Tuntutan untuk berpartisipasi dalam sistem politik seperti hak pilih, hak dipilih, mendirikan organisasi politik, melakukan lobby, atau menjalin kontak dengan pejabat-pejabat publik.  Konversi atas tuntutan ini adalah mengubah rancangan undang-undang menjadi peraturan yang lebih otoritatif. Output konversi misalnya kemampuan regulatif misalnya penetapan kuota caleg 30% perempuan dalam undang-undang pemilihan umum.
  4. Tuntutan yang sifatnya simbolik meliputi penjelasan pejabat pemerintah atas suatu kebijakan, keberhasilan sistem politik mengatasi masalah, upaya menghargai simbol-simbol negara (lagu kebangsaan, lambang), ataupun upacara-upacara hari besar nasional. Konversi atas tuntutan jenis ini misalnya dibuatnya ketentuan umum yang mengatur implementasi setiap tuntutan yang sifatnya simbolik. Output yang sifatnya simbolik termasuk penegasan sistem politik atas simbol-simbol negara, penegasan nilai-nilai yang dianut (di Indonesia adalah Pancasila), serta penjelasan rutin dari pejabat negara atas isu-isu yang kontroversial dan menyita perhatian publik. 
Jika tuntutan adalah bahan mentah untuk memproduksi keputusan-keputusan politik, maka dukungan berkisar pada upaya mempertahankan atau menolak keberlakuan sebuah sistem politik. Tanpa dukungan sistem politik kehilangan legitimasi dan otoritasnya. Dukungan terdiri atas:[18]
  1. Dukungan material warganegara bisa berupa kemauan membayar pajak atau peran aktif mereka dalam program-program yang dicanangkan pemerintah (misalnya program kebersihan lingkungan, penanaman sejuta pohon). Konversi dukungan ini adalah ajudikasi peraturan di tingkat individu yaitu upaya penerapan sanksi bagi yang tidak menurut pada program pemerintah serta kemampuan simbolik pemerintah untuk melakukan himbauan agar publik tertarik memberi dukungan pada pemerintah.
  2. Dukungan untuk taat pada hukum serta peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Konversi dukungan ini berupa pentransmisian informasi yang berkaitan dengan ketaatan warganegara pada hukum di sekujur struktur sistem politik, antar sistem politik, serta lingkungan extrasocietal-nya.
  3. Dukungan untuk berpartisipasi dalam pemilu, ikut serta dalam organisasi politik, ataupun mengadakan diskusi tentang politik.
  4. Dukungan dalam bentuk tindakan untuk mempertahankan otoritas publik, upacara, serta simbol-simbol negara. Misalnya mengamalkan Pancasila, menyayangi sarana-sarana publik (alat transportasi umum, telepon umum, gedung-gedung pemerintah), menentang penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain, mencuci bendera merah putih yang terkotori debu dan hujan asam, mensosialisasikan peran vital Pancasila dalam mengikat integrasi nasional Indonesia.
Kapabilitas Sistem Politik
Level kedua dari aktivitas sistem politik terletak pada fungsi-fungsi kemampuan. Kemampuan suatu sistem politik menurut Almond terdiri atas kemampuan regulatif, ekstraktif, distributif, simbolis, dan responsif.
Kemampuan ekstraktif adalah kemampuan sistem politik dalam mendayagunakan sumber-sumber daya material ataupun manusia baik yang berasal dari lingkungan domestik (dalam negeri) maupun internasional.[19] Dalam hal kemampuan ekstraktif ini Indonsia lebih besar ketimbang Timor Leste, karena faktor sumber daya manusia maupun hasil-hasil alam yang dimilikinya. Namun, kemampuan Indonesia dalam konteks ini lebih kecil ketimbang Cina.
Kemampuan regulatif adalah kemampuan sistem politik dalam mengendalikan perilaku serta hubungan antar individu ataupun kelompok yang ada di dalam sistem politik. Dalam konteks kemampuan ini sistem politik dilihat dari sisi banyaknya regulasi (undang-undang dan peraturan) yang dibuat serta intensitas penggunaannya karena undang-undang dan peraturan dibuat untuk dilaksanakan bukan disimpan di dalam laci pejabat dan warganegara. Selain itu, kemampuan regulatif berkaitan dengan kemampuan ekstraktif di mana proses ekstraksi membutuhkan regulasi.
Kemampuan distributif adalah kemampuan sistem politik dalam mengalokasikan barang, jasa, penghargaan, status, serta nilai-nilai (misalnya seperti nilai yang dimaksud Lasswell) ke seluruh warganegaranya. Kemampuan distributif ini berkaitan dengan kemampuan regulatif karena untuk melakukan proses distribusi diperlukan rincian, perlindungan, dan jaminan yang harus disediakan sistem politik lewat kemampuan regulatif-nya.
Kemampuan simbolik adalah kemampuan sistem politik untuk secara efektif memanfaatkan simbol-simbol yang dimilikinya untuk dipenetrasi ke dalam masyarakat maupun lingkungan internasional. Misalnya adalah lagu-lagu nasional, upacara-upacara, penegasan nilai-nilai yang dimiliki, ataupun pernyataan-pernyataan khas sistem politik. Simbol adalah representasi kenyataan dalam bahasa ataupun wujud sederhana dan dapat dipahami oleh setiap warga negara. Simbol dapat menjadi basis kohesi sistem politik karena mencirikan identitas bersama. Salah satu tokoh politik Indonesia yang paling mahir dalam mengelola kemampuan simbolik ini adalah Sukarno dan pemerintah Indonesia di masa Orde Baru.
Kemampuan responsif adalah kemampuan sistem politik untuk menyinkronisasi tuntutan yang masuk melalui input dengan keputusan dan tindakan yang diambil otoritas politik di lini output. Sinkronisasi ini terjadi tatkala pemerintahan SBY mampu melakukan sinkronisasi antara tuntutan pihak Gerakan Aceh Merdeka dengan keputusan untuk melakukan perundingan dengan mereka serta melaksanakan kesepakatan Helsinki hasil mediasi. Sinkronisasi ini membuat tuntutan dari Aceh tidak lagi meninggi kalau bukan sama sekali lenyap.
Almond menyebutkan bahwa pada negara-negara demokratis, output dari kemampuan regulatif, ekstraktif, dan distributif lebih dipengaruhi oleh tuntutan dari kelompok-kelompok kepentingan sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat demokratis memiliki kemampuan responsif yang lebih tinggi ketimbang masyarakat non demokratis. Sementara pada sistem totaliter, output yang dihasilkan kurang responsif pada tuntuan, perilaku regulatif bercorak paksaan, serta lebih menonjolkan kegiatan ekstraktif dan simbolik maksimal atas sumber daya masyarakatnya.

Selasa, 26 Februari 2013

MANAJEMEN ORGANISASI: Organisasi dan otoritas

Pengertin dan pentingnya Koordinasi


Jelang El Clasico, Jose Mourinho Sindir 'Provokator' Barcelona


Barcelona– Pelatih Real Madrid Jose Mourinho melontarkan sindiran tajam kepada Barcelona, jelang El Clasico di leg kedua semi-final Copa del Rey dinihari nanti. Dengan bernada sarkasme, Mourinho berharap Barcelona menghentikan ulah mereka dalam ‘mengatur’ wasit.
Mourinho tampaknya kesal dengan pelatih sementara Barcelona Jordi Roura, yang secara resmi meminta kepada federasi sepakbola Spanyol untuk menunjuk Alberto Undiano Mallecano sebagai wasit El Clasico.
“Saya lebih memilih belajar dari masa lalu melawan Barcelona. Yaitu sportif dan fokus pada permainan. Bukannya berbicara tentang wasit, memprovokasi mereka dalam pertandingan supaya memberi kartu kepada lawan,” kata Mourinho.
“Dan tentu saja, memberi pelajaran tentang cara bermain bola, yang seperti biasa diterapkan oleh Barcelona. Mereka akan sangat dihormati jika tetap fokus pada permainan.”
Selain itu, Mourinho juga mengaku tidak sabar lagi melawan Barcelona di Camp Nou, dan menolak mengungkapkan apakah Kaka akan dimainkan.
“Ini adalah pertandingan-pertandingan yang kami harapkan. Kami lebih suka level permainan yang tinggi,” tambahnya.
“Saya belum tahu apakah Kaka akan tampil. Bukannya saya tidak mau mengatakannya. Saya sendiri belum memikirkannya. Namun biasanya saya kurang suka membocorkannya. Kali ini saya memang belum tahu.

Alasan Ilmuwan Indonesia Hijrah

Inilah Alasan Ilmuwan Indonesia Hijrah ke Luar Negeri

Foto : Rektor ITB Akhmaloka/ITB
Foto : Rektor ITB Akhmaloka/ITB
BANDUNG - Fenomena ilmuwan Indonesia yang kerja di luar negeri tidak lepas dari kurangnya dukungan sistem pengembangan sains dan teknologi. Seandainya sistem tersebut terbangun, tentu para ilmuwan tersebut akan nyaman kerja dan melakukan penelitian di negeri sendiri.

Namun Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Akhmaloka mengaku tidak khawatir dengan fenomena itu. Dia menilai, Justru dengan banyaknya ilmuwan Indonesia di luar negeri akan berdampak positif. Apalagi, para ilmuwan tidak bisa dicegah atau bahkan dilarang kerja di luar negeri.

Akhmaloka menuturkan pengalamannya sendiri ketika baru lulus kuliah di Inggris jurusan genetic engineering pada 1990-an. Saat itu dia langsung ditawari kerja selama tiga tahun di Inggris. Tetapi setelah meminta pendapat kepada profesornya di ITB, Akhmaloka akhirnya menolak tawaran itu. Meskipun saat itu di Tanah Air Akhmaloka belum tentu bisa mempraktikkan ilmunya mengingat masih langkanya genetic engineering.

Dia bisa memahami alasan ilmuwan yang memilih melakukan penelitian untuk negara lain. Ada perasaan tidak berguna yang dialami ilmuwan muda yang baru lulus kuliah di luar negeri ketika tiba di Tanah Air. Mereka masih muda, bahkan mungkin sudah menyandang gelar doktor atau profesor, tetapi hasil pendidikannya selama ini tak mendapat tempat ataupun dihargai.

“Doktor muda kan semangatnya tinggi, ada perasaan ilmunya tak berguna. Inilah yang kadang-kadang menyebabkan teman-teman kita itu ke luar negeri. Jadi saya tidak ingin mencegah mereka, tetapi tentu kita harus membangun sistem kita di dalam negeri sebaik mungkin,” kata Akhmaloka kepada Okezone, belum lama ini.

Selain itu, penghargaan terhadap saintis di dalam negeri juga jauh lebih kecil ketimbang di luar negeri. Di dalam negeri, tambahnya, pernah muncul keprihatinan tentang nasib peneliti lembaga pengetahuan negeri tetapi tunjangan atau gajinya sangat kecil meskipun bergelar profesor.

Menurut Ketua Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 itu, aspek lain yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana penelitian, seperti laboratorium-laboratorium untuk berbagai jurusan teknik yang masih minim. "Seorang peneliti nanoteknologi tentu akan mati langkah ketika tidak ada laboratorium nanoteknologi," tuturnya.

Maka dengan kondisi itu, ungkap Akhmaloka, para peneliti pun berpaling ke luar negeri. Sebab, di sana mereka bisa menyalurkan ilmu, menemukan laboratorium, termasuk kesejahteraan.
(rfa)
Sumber: www.okezone.com 

Senin, 25 Februari 2013

Pak Menteri, Perkuat Dahulu Fondasi Kita!



Robby Prakoso. (Foto: dok. pribadi)
Robby Prakoso. (Foto: dok. pribadi)
BERBAGAI wacana tentang pendidikan terus dibeberkan oleh pihak Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, mulai dari wacana menghilangkan RSBI, SNMPTN, pendidikan gratis, dll. Tetapi sepertinya ada wacana yang perlu dibenahi yang tak kalah penting dari terobosan-terobosan di atas. Wacana itu adalah bagaimana melibatkan orangtua dalam kurikulum pendidikan. Ketika lahir, lingkungan mana yang kita masuki pertama kali? Dalam proses perkembangan, di mana Anda paling banyak bersosialisasi? Ketika kekurangan uang, kepada siapa Anda mengadu?

Tak usah terlalu muluk-muluk untuk menciptakan pendidikan ideal. Dalam sebuah konsep pembangunan, bagian mana yang ingin dibangun pertama kali? Bagian paling dekat tentunya fondasi. Seberapa kuat dan indah dinding atau atap dari rumah yang ingin dibangun, tetapi ketika gempa atau banjir menghadang yang identik dengan bencana di Indonesia, bagaimana? Apakah akan tetap kokoh?

Resolusi luar biasa yang dicanangkan Kemendikbud masih terlalu jauh untuk dilakukan, kenapa masih jauh? Ketika proses pembuatan atap, namun tidak diketahui seberapa beban dan atap yang dibuat, bagaimana fondasi akan kuat menahannya? Seperti itu juga pendidikan, ketika kurikulum yang semakin berat dan padat akan diterapkan, namun kurikulum “pendidikan di rumah” tidak berimbang akan sama saja bohong.

Baru-baru ini, kejadian yang sangat memalukan terjadi ketika kasus kematian seorang anak dengan inisial RI menyeruak. RI meninggal akibat pemerkosaan oleh sang ayah kandung. Kenapa bisa seperti ini? Kejadian ini telah menjadi perhatian seantero Indonesia dan memberikan tamparan kepada kita semua serta menunjukkan perlunya sebuah rumusan untuk kurikulum “pendidikan rumah”. Kurikulum ini diperankan oleh orangtua murid agar mampu mensinergikan antara kegiatan di rumah dan di sekolah. Pendidikan anak usia dini, kurikulum pendidikan 2013, dan wajib belajar Sembilan tahun memang ampuh, tetapi lebih ampuh lagi ketika orangtua mampu menerapkan kurikulum “pendidikan rumah” untuk anak-anak mereka.  Mari sinergikan kurikulum “pendidikan rumah” dan kurikulum pendidikan sekolah!

Robby Prakoso
Mahasiswa Universitas Andalas, Padang
Ketum UKM Penalaran.

Sumber: Okezone.com

7 Prinsip Kesuksesan Steve Jobs Kerja keras Steve Jobs membawa Apple jadi perusahaan paling berharga.

7 Prinsip Kesuksesan Steve Jobs

Kerja keras Steve Jobs membawa Apple jadi perusahaan paling berharga.

Steve Jobs dan Apple iPad
Steve Jobs dan Apple iPad (nj.com)

Walau telah wafat, nama Steve Jobs akan tetap dikenang sebagai orang yang penuh dengan inovasi dalam teknologi. Steve Jobs memiliki peran penting dalam menciptakan berbagai produk Apple.

Kerja keras Steve Jobs berbuah hasil, ia berhasil membawa Apple melewati Microsoft untuk menjadi perusahaan teknologi paling berharga di dunia.

Penulis "The Innovation Secret of Steve Jobs", Carmine Gallo, menjelaskan Steve Jobs memiliki prinsip yang berbeda menuju sukses. Carmine mencatat ada tujuh prinsip Steve Jobs yang dapat diterapkan para pebisnis dunia, seperti dilansir business insider, Senin 25 Februari 2013:

1. Lakukan apa yang ada cintai.
Steve Jobs mengikuti kata hati dan seluruh hidupnya untuk membuat perbedaan. Inovasi tidak akan dapat terjadi tanpa ada gairah dan gairah itu muncul jika anda melakukan hal yang anda senangi.

2. Tinggalkan jejak dalam semesta.
Steve Jobs berhasil menularkan visinya ke orang lain di dalam perusahaan, sehingga Jobs menarik orang-orang yang memberikan berbagai ide dan inovasi ke dalam Apple. Berbagai gairah, mendorong Apple mencapai tujuan.

3. Terus berpikir.
Inovasi tidak akan ada tanpa kreativitas, dan kreativitas adalah menghubungkan berbagai hal dan mewujudkannya. Di saat mencapai puncak tertinggi kariernya, Steve Jobs terus melakukan inovasi dan kreasi agar tetap dapat bersaing dengan para kompetitor seperti Samsung dan Google.

4. Jual mimpi, bukan produk.
Jobs selalu berpikir berbeda terhadap konsumen. Bagi Jobs, orang-orang yang membeli produk Apple bukanlah konsumen melainkan orang-orang dengan impian, harapan dan ambisi. Jobs membuat produk untuk membantu mereka mewujudkan mimpi.

5. Katakan tidak untuk 1.000 produk.
Jobs selalu memikirkan baik-baik setiap produk yang ia buat. Jobs memiliki prinsip, kesederhanaan adalah kemajuan tertinggi. Kemasan, desain bahkan interaksi di situs Apple selalu dibuat sederhana. Inovasi berarti menghilangkan hal yang tidak perlu.

6. Menciptakan pengalaman yang hebat bagi pembeli produk.
Jobs memiliki standar tinggi dalam layanan pelanggan. Setiap produk Apple dipasarkan khusus di Apple store dan menjadi toko teknologi terbaik di dunia. Apple store menjadi tempat menjalin hubungan emosional dengan para pelanggan.

7. Ahli menyampaikan pesan.
Jobs dikenal senagai orang yang ahli berbicara. Jobs mengubah peluncuran produk menjadi sebuah bentuk seni. Jobs memiliki ide dan inovasi terbaik di dunia, dan ia berhasil mengantarkan inovasi tersebut kepada orang-orang. Inovasi terbaik akan sia-sia jika anda tidak dapat meyakinkan pesan tersebut ke masyarakat.

"Cara Jobs berbicara dan berjalan merefleksikan Apple itu sendiri," kata Carmine.

Carmine menjelaskan semua prinsip di atas dapat dijalankan jika anda melihat diri anda sendiri adalah sebuah produk. Pemilik usaha akan terus mencari ide untuk meningkatkan bisnis, dan meningkatkan diri anda sendiri.
"Yang paling penting adalah bagaimana anda berpikir tentang diri anda sendiri untuk terus berinovasi sehingga menciptakan ide yang akan berdampak pada pertumbuhan bisnis anda," katanya.

Sumber: www.viva.co.id

Selasa, 19 Februari 2013

Cerita Teman

MALAM BERJUTA RASA
Oleh: Indah Permata Sari
Anggota Muda UKM Penalaran UNAND
Farmasi '11

               Malam ini tak secerah biasanya. Bintang lebih memilih bersembunyi di balik awan kelam daripada menampakkan pesonanya. Di malam yang kelam itu aku memantapkan langkah kakiku untuk mengikuti acara pelantikan di UKM Penalaran. Setelah lebih dari tiga bulan aku mengikuti tahap penyeleleksiannya, malam inilah saat-saat penentuan apakah aku akan terpilih menjadi keluarga besar UKMP ini atau tidak. Dengan penuh rasa penasaran, aku menyiapkan fisik dan mentalku untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada sebelum dilantik.

             UKMP adalah salah satu UKM yang ada di Universitas Andalas yang bergerak dalam dunia kepenulisan khususnya karya tulis ilmiah. Aku mengikuti rangkaian Open Recruitment di UKMP ini karna aku tertarik dengan wadah ini yang sesuai dengan keinginanku untuk mengembangkan bakat kepenulisan dan bisa bertemu dengan teman-teman yang mempunyai hobby yang sama denganku. Aku senang sekali telah dipertemukan dengan saudara baruku disini. Berbagai suka duka telah kulalui bersama mereka disini.

            Adapun teman - teman yang akan dilantik malam ini berjumlah 10 orang, 9 cewek dan 1 cowok. Sebenarnya ini adalah pelantikan yang kedua. Kurang lebih 30 orang anggota OR telah dilantik pada acara Pengabdian Masyarakat di Lubuak Minturun, Padang. Sedangkan kami yang berjumlah 10 orang ini tidak dapat mengikuti acara tersebut karna berbagai hal. Dan kami sangat berterima kasih kepada para pengurus UKMP ini yang masih memberikan kesempatan kedua bagi kami untuk menjadi keluarga besar UKMP.

            Tepat pukul 08.00 malam, acara diawali dengan diskusi bersama tentang berbagai masalah di campus dan berbagi info info terbaru yang ada. Kami pun mendapatkan wawasan baru untuk memahami makna seorang mahasiswa sesungguhnya. Aku yang dulunya hanya memikirkan cara untuk menyelesaikan tugas perkuliahan, sekarang tergerak rasanya untuk ikut berkontribusi terhadap berbagai fenomena yang ada di sekitar. Kita tidak mungkin sukses sendiri namun kita mestinya menjadi jembatan bagi orang lain pula untuk mencari solusi bersama demi kesuksesannya. Aku merasakan betapa selama ini aku begitu egois yang hanya mementingkan diri sendiri. Banyak hal pada diri ini yang perlu dibenahi. Seusai berdiskusi, acara pun dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah itu kami yang akan dilantik disuruh untuk tidur terlebih dahulu.

                Pada pukul 01.30 dini hari, kami pun dibangunkan oleh suara tepukan tangan yang membahana dari ketua UKMP. Setelah itu, kami tak bisa tidur lagi. Rangkaian acara sebelum pelantikan pun dimulai. Hujan gerimis beserta hawa dingin menemani acara pelantikan ini.

               Tujuan acara ini yaitu untuk melihat kesungguhan kami dalam bergabung dengan UKMP ini. Wakil ketua UKMP ini pun memulai acaranya dengan menyuruh kami membentuk barisan yang teratur. Setelah itu kami dibagi menjadi 5 kelompok. Dan teman satu timku yaitu cowok satu satunya yang mengikuti pelantikan malam ini. Masing masing kelompok akan dipanggil untuk mengikuti aba aba yang telah ditentukan oleh pengurus dan panitia. Dan kelompokkulah yang mendapat giliran pertama untuk menjalankan aba aba itu. Berbagai macam aba aba pun kami jalankan bersama. Walau sedikit aneh dan menantang, namun tekad kami sudah bulat. Kami akan melakukan berbagai perintah yang ada selama perintah itu tidak membahayakan keselamatan kami. Namun semua perintah yang ada begitu menguji nyali kami dan melihat kesungguhan kami untuk bergabung di UKMP.

              Banyak kenangan yang terasa saat mengikuti berbagai instruksi yang ada. Kami disuruh untuk unjuk bakat, senyum 5 macam, dan berbagai tindakan konyol dan kocak lainnya. Terkadang ada rasa cemas dan gugup namun ada pula sesuatu yang begitu menggelikan dan mengundang tawa saat teman teman melakukan aksi kocaknya. Hal lain yang kurasakan saat malam itu yaitu suasana kebersamaan dan kehangatan saat semuanya saling membantu satu sama lain dalam melakukan berbagai instruksi yang ada. Begitu pula kepedulian dari pengurus serta panitia yang menjalankan tugasnya dengan baik. Aku merasakan suasana penuh kekeluargaan disana.

              Tak terasa, denting jam pun terus berputar. Alunan syahdu dari murottal alqur’an di mesjid mulai terdengar. Subuh menjelang dan detik detik pelantikan pun mulai terasa. Setelah melakukan instruksi terakhir yang konyol, kami pun dilantik. Dan Alhamdulillah kami semua terpilih menjadi anggota muda UKMP. Itu berarti kami sudah termasuk dalam keluarga besar UKMP.

               Pelantikan ini bukanlah akhir dari segala perjuangan yang telah kami lakukan untuk menaklukkan berbagai tantangan yang ada. Namun inilah awalnya bagi kami untuk mulai berkontribusi dan berjuang di UKMP dalam melaksanakan visi misi UKMP tersebut.

Rabu, 13 Februari 2013

Kisahku

Tragedi gempa 2009:

Pada tanggal 30 september 2009 aku tidak sekolah, dan aku bilang sama temanku jika aku tidak sekolah lagi.
Aku tidak sekolah karena ikut sama keluarga besarku ke sungai geringging untuk mengikuti ritual "turun mandi/potong rambut" bayi.
Setelah itu aku pulang kerumah, setelah nyampai dirumah pada pukul 16.45 Aku berencana mandi, dan aku ingat kalau ada PR biologi,, trus aku tidak jadi mandi dan membuat PR di sofa diruang tamu, disampingku ada kakak laki2 no.3 dari 6 saudara.

Stlh 30 mnit lmanya aku mmbikin PR, yaitu jam 17.15 Aku mrsa sdkt gncngn, dn kkakku lngsung lari dn mmbka pntu, akupun lari ke hlman rmahku.
Stlh dhlaman, aku mmanggil ibuku yg sdg mmbimbing nenekku yg udah tua(umur 90-100 tahun).
Dhlaman rmh kmi brkmpul, nmun gmpa tmbh kuat, kmi jg tk mnydari jk ada rmah dibelakang kami, dan rmh itu roboh dan menimpa kaki ibu dan aku hingga patah, serta kakak perempuanku(saudara jauh) dan 2 anaknya trtimpa disluruh tbuhnya hingga dia dan 1 org anaknya meninggal dunia, akupun berusaha untuk beranjak dari reruntuhan rumah, tapi aku tak sanggup berdiri, terus aku ngesot aja. Aku lihat semuanya udah hancur, ibuku hanya bisa duduk. Syukurlah ayah sama sudaraku yang lain tidak apa2. Kakakku langsung meminta bantuan pada masyarakat, tak lama kemudian banyak pemuda yang datang kerumahku. Ketika para pemuda ingin mengangkatku menuju ke mobil, aku tak sanggup menahan sakit, sakit yang membuatku menangis tanpa mengeluarkan airmata. Aku dibawa kepuskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama, tapi Malangnya ternyata puskesmas itu tutup, mungkin karena bukan jam kerja. Lalu aku dibawa ke puskemas yang lain, Nasib ku tetap sama, puskesmas itu gak sanggup menangani masalah kakiku. Terus aku langsung dibawa kerumah sakit umum dikota pariaman, dalam perjalanan aku tak bisa menahan rasa sakit. Sesampai di rumah sakit, aku harus menunggu, karema piahak rumah sakit lebih mendahulukan para korban bencana yang luka dikepala

Selasa, 12 Februari 2013

Kato Pasambahan



KATO PASAMBAHAN

Foto: Para pemuda sedang belajar kato pasambahan dirumah saya(Yaser)



Kapalo mudo:  Sungguahpun amak nan baimbau sifaek,e ateh silang nan bapangka, karajo nan bajunjuang  tatumpah kato ka bakeh amak. Ba,a lah diambo Kini diambo mak, alak basobok lo di ambo undang-undang urang tuo, undang siang ba abih aghi, undang malam baabih minyak. Ba,a bana undang siang ba abih aghi, alah bamakasuik basingajo. Ba,a bana undang malam ba abih minyak, aghi lah batambah lauik pulo. Dek karano aghi alah lauik, mato ampie takantuak, lah takana di hati, tacinto dipikiran handak mambaco undiangan diateh jalan nan luruih kato nan bana lah ka jadi ka ambo baco. Sakian bana

Mamak: “sampai kapalo mudo??

Kapalo mudo: sampai mak.

Mamak: manuruik pasaran biaso kato kapalo mudo kan kabajawauk capek, undiangan kapalo mudo kabapulangan lakeh, ba,a dek karano ambo ndak surang tasabuik namo taimbau gala dek kapalo mudo tadi, rupoe ambo bajalan nak baiyo, bakato nak bamolah dulu, undiangan taradok kabakeh kapalo mudo janji ambo pinta, istirahaik ambo tiboan, mananti kapalo mudo sabanta. Sakian Bana

Kapalo mudo: Sampai mak?

Mamak: Sampai kapalo mudo.

Kapalo mudo: manuruik pasaran  biaso kato ambo kan kabajawauk capek, undiangan ambo kabapulangan lakeh, ba,a dek amak indak surang tasabuik namo taimbau gala dek ambo tadi, rupoe amak bajalan nak baiyo, bakato nak bamolah dulu. Undiangan taradok bakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan iyo baitu??... Ba,a dek ambo, asa kato kabajawauk, undiangan kabapulangan, insyaallah paiyoan lah, nak ambo nanti sakiro. Sakian bana

Mamak: iyo ambo paiyoan?

Kapalo mudo: InsyaAllah.

(Mamak memanggil salah seorang “urang sumando”)

Mamak: Sutan.. Sungguahpun sutan nan ambo imbau, tapi sifaik,e ateh sagalo urang sumando nan duduak saparadok. Satempo diawa,e tadi alek nan datang mandatangan undiangan, tembak nan baalamaik, pandang nan batujuan, tembak,e kabakeh ambo tujuan,e kabakeh kito nan saparadok. Ba,a dek ambo kato nan baru bajawauk, undiangan alun bapulangan, a nan lai, janji bapintak istirahaik batiboan kabakeh inyo. Dek inyo alah mananti, dek ambo itu nan ambo paiyoan kabakeh sutan. Tantang nan ma nanambo paiyoan, tantang kato nan kabajawauk, undiangan kabapulangan taradok alek nan datang. Sakian bana.

Sutan: Sampai mak?

Mamak: Sampai sutan.
Sutan: Kini baitu mak, Satempo diawa,e tadi alek nan datang mandatangan undiangan, tembak nan baalamaik, pandang nan batujuan, tembak,e kabakeh ammak tujuan,e kabakeh kito nan saparadok. Ba,a dek amak kato nan baru bajawauk, undiangan alun bapulangan, a nan lai, janji bapintak istirahaik batiboan kabakeh inyo. Dek inyo alah mananti, dek amak itu nan ambo paiyoan kabakeh sutan. Tantang nan amak paiyoan, tantang kato nan kabajawauk, undiangan kabapulangan taradok alek nan datang.Tapi sifaek,e diambo ateh sagalo urang sumando nan duduak saparadok, Kan yo baitu?
Ba,a dek ambo mak, ateh bana di lahie,e kato amak kan kabajawauk capek, undiangan amak kan kabapulangan lakeh, ba,a dek karano ambo indak surang tasabuik namo taimbau gala dek amak tadi, rupoe ambo bajalan nak baiyo, bakato nak bamolah dulu, undiangan taradok bakek amak, janji lo ambo pintak, istirahaik lo ambo tiboan, mananti amak sabanta. Sakian bana.

Mamak: sampai Sutan?

Sutan: Sampai mak.

Mamak: Kini baitu sutan, Manruik pasaran biaso kato ambo kan kabawauk capek, undiangan ambo kan kabapulangan lakeh, ba,a dek karano sutan indak surang tasabuik namo taimbau gala dek ambo tadi, rupoe sutan bajalan nak baiyo, bakato nak bamolah dulu, Undiangan taradok kabakeh ambo, janji bapintak, istirahaik batiboan, kan iyo baitu?? Ba,a dek ambo, asa kato lai kabajawauk, undiangan kabapulangan, insyaallah paiyoan lah, nak ambo nanti sakiro. Sakian bana.

Sutan: iyo paiyoan ko?

Mamak: insyaallah.

(Sutan Mampaiyoan ka urang sumando yang lain, setelah itu dia kembali memanggil mamak)


Sutan: mak.. Kini baitu mak, satempo diawa,e tadi undiangan amak ambo pajanjian, karano ambo bajalan indak baiyo, bakato indak bamolah dulu, dek amak alah mananti, dek ambo alah pulo ambo paiyoan. A bana paiyoan ambo tu, alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an, jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu, tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh amak, alah diambo lo tarabik,e mah mak. Sakian bana.

Mamak: sampai sutan?

Sutan: Sampai mak.

Mamak: Kini baitu sutan, satempo diawa,e tadi undiangan ambo sutan pajanjian, dek karano sutan bajalan indak baiyo, bakato ndak bamolah dulu, undiangan taradok kabakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan yo baitu?
Dek ambo alah mananti, dek sutan alah pulo baioaiyoan. A bana paiyoan sutan tu,alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an, jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh amak alah di sutan lo tarabik,e mah. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo, jauah tampak asok, ampie tampak api, nan baado adangan tadi kan antaro kito baduo, kini sutan lo nan mamulangan liak. Saancak-ancak tu nyeh. Sakian bana.

Sutan: Sampai Mak?

Mamak: Sampai Sutan.

Sutan: Nan jadi ban dek ambo kabakeh amk kan mamulangan undiangan amak, ba,a dek amak tantang itu ibaraik jalan alah baluangan ibaraik kato alah bacabaan. Ba,a nyoh lai kini, disabuik baawa baakie bamulai bakasudahan jikok satempo diawae tadi nan jadi bana dek amak kabakeh ambo kan alek nan datang mandatangan undiangan, tembak baalamaik, pandangan batujuan, tembak,e kabakeh amak tujuan,e kabakeh kito nan saparadok. Ba,a dek amak kato nan baru bajawauk undiangan alun bapulangan. A nan lai janji bapintak istirahaik batiboan kabakeh inyo. Ba,a dek inyo alah mananti, ba,a dek amak itu nan amak baiyoan kabakeh ambo tantang nan ma amak paiyoan tantang kato kamanjawauk undiangan kamamulangan taradok alek kito nan datang. Ba,a dek ambo undiangan amak tu kan alah pulo ambo paiyoan, diateh ambo saampaan tagak sapamatang, jikok bulek,e alah sagolek picak,e alah salayang lah saiyo kaji tantang itu. Undiangan taradok alek nan datang, lah samupakaik kami ateh ughang sumando, pulanganlah dek amak, kami nan disiko alah didalam. Sakian bana

Mamak: Sampai Sutan?

Sutan: Sampai mak
Mamak: Satempo diawae tadi nan jadi bana dek ambo kabakeh sutan kan mamulangan undiangan taradok alek nan datang. Ba,a dek sutan nan basabuik alah dapek kato samupakaik antaro sutan duduak saampaan tagak sapamatang, jikok bulek,e alah sagolek, picak,e alah salayang, alah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk undiangan kamamulangan taradok alek nan datang kan batumpahan kabadan diri ambo? Ba,a dek ambo, satu ambo urang paamuah kaduo ambo urang panyaba, sabalah ambo tantang itu, amuah ambo mamulangan, akan tetapi senteang tolong bilai, kurang tolong tukuak, kurang takan tolong timbuean. Sakian bana

Sutan: Sampai mak?

Mamak: Sampai sutan.

Sutan: Nan jadi ban dek ambo kabakeh amak kan maulangan undiangan taradok alek nan datang. Ba,a dek amak nan basabuik satu amak urang paamuah kaduo amak urang panyaba, sabalah amak tantang itu, amuah amak mamulangan, akan tetapi cameh jo nan kaanyuik tagamang jo nan kajatuah, artinyo bana senteang mintak bilai, kurang mintak tukuak, kurang takana mintak timbuean. Kan yo baitu?
Ba,a dek ambo diateh nan lai senteang ambo bilai, kurang ambo tukuak, kurang takan ambo timbuean. Tapi ateh nan indak sagalo nan tabaco di amak tadi lah manuah ambo mah mak. Sakian Bana,

Mamak: sampai sutan?

Sutan: Sampai mak

Mamak:  Nan jadi bana dek ambo kabakeh sutan kan mamulangan undiangan alek kito nan datang? Ba,a dek sutan tantang itu, bisa tagamang lai kabajawek bisa anyuik lai kabasonsong, lah sanang pulo hati ambo. Yo ambo pulangan lai?

Sutan: InsyaAllah.

(Lalu mamak kembali memanggil kapalo mudo)

Mamak: Kapalo mudo.. Kini baitu Kapalo mudo, satempo diawa,e tadi undiangan Kapalo mudo ambo pajanjian, karano ambo bajalan indak baiyo, bakato indak bamolah dulu, dek Kapalo mudo alah mananti, dek ambo alah pulo ambo paiyoan. A bana paiyoan ambo tu, alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu, tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh Kapalo mudo, alah diambo lo tarabik,e mah mak. Sakian bana

Kapalo Mudo: Sampai mak?

Mamak: Sampai kapalo mudo
Kapalo mudo: Kini baitu amak, satempo diawa,e tadi undiangan ambo pajanjian, dek karano amak bajalan indak baiyo, bakato ndak bamolah dulu, undiangan taradok kabakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan yo baitu?
Dek ambo alah mananti, dek amak alah pulo baioaiyoan. A bana paiyoan amak tu,alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an, jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh amak alah di amak lo tarabik,e mah. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo, jauah tampak asok, ampie tampak api, nan baado adangan tadi kan antaro kito baduo, kini amak lo nan mamulangan liak. Saancak-ancak tu nyeh. Sakian bana.

Mamak: Sampai kapalo mudo?

Kapalo mudo: Sampai mak.

Mamak: Nan jadi bana dek ambo kabakeh kapalo mudo kan mamulangan undiangan kapalo mudo, ba,a dek kapalo mudo nan tantang itu ibaraik jalan alah baluangan ibaraik kato alah bacabaa. Ba,a dek ambo disabuik baawa baakie jikok satempo diawe tadi nan jadi ban dek kapalo mudo kabakeh ambo kan dek karano aghi alah lauik mato ampie takantuak, alah takana dihati tacinto dipikiran handak mambaco undiangan diateh jalan nan luruih kato nan bana lah kajadi kakapalo mudo baco. Kan yo baitu? Ba,a dek ambo jikok ado rasoe nan takan dihati tacinto dipikiran handak mambaco undiangan diateh jalan nan luruih kato nan bana, bacolah nak kami danga. Sakian bana.
Kapalo mudo: sampai mak?

Mamak: Sampai kapalo mudo.

Kapalo mudo: Satempo diawae tadi ambo kan handak mambaco undiangan, ba,a tantang handak mambaco undiangan ibaraik jalan alah baluangan ibaraik jalan alah bacabaa. Ba,a nyoh lai kini dek ambo, takalo undiangan ka ambo baco kato kaambo sabuik, tumbuah caro na manangko kan babaokan lagu caro adaik pakaiannyo. A bana lagu caro adaik pakaiannyo, bataratik manjilih balelo bakurenah, basambah bainjiangan tangan mangko undiangan kadilaluan. Tantang taratik jo manjilih balelo bakurenah lai samo kito pakaian, cuman nan jadi pintak jo handak dek tantang sambah jo injianagn tangan. Samba mintak dipamulie injiangan tangan mintak dilatak,an, sahinggo undiangan sajo nan kaambo baco. Sakian bana.

Mamak: Sampai kapalo mudo?

Kapalo mudo: Sampai mak.

Mamak:  manuruik pasaran biaso kato kapalo mudo kan kabajawauk capek, undiangan kapalo mudo kabapulangan lakeh, ba,a dek karano ambo ndak surang tasabuik namo taimbau gala dek kapalo mudo tadi, rupoe ambo bajalan ndak baiyo, bakato ndak bamolah dulu, undiangan taradok kabakeh mamak janji ambo pinta, istirahaik ambo tiboan, mananti kapalo mudo sabanta. Sakian Bana

Kapalo mudo: manuruik pasaran  biaso kato ambo kan kabajawauk capek, undiangan ambo kabapulangan lakeh, ba,a dek amak indak surang tasabuik namo taimbau gala dek ambo tadi, rupoe amak bajalan nak baiyo, bakato nak bamolah dulu. Undiangan taradok bakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan iyo baitu??... Ba,a dek ambo, asa kato kabajawauk, undiangan kabapulangan, insyaallah paiyoan lah, nak ambo nanti sakiro. Sakian bana

Mamak: iyo ambo paiyoan?

Kapalo mudo: InsyaAllah.

(Mamak memanggil salah seorang “urang sumando”)

Mamak: Sutan.. Satempo diawae tadi alek kito nan datang handak mambaco undiangan, ba,a tantang handak mambaco undiangan ibaraik jalan alah baluangan ibaraik kato alah bacabaa. Ba,a nyoh lai kini dek inyo takalo undiangan ka inyo baco kato kaambo sabuik, tumbuah caro na manangko kan babaokan lagu caro adaik pakaiannyo. A bana lagu caro adaik pakaiannyo, bataratik manjilih balelo bakurenah, basambah bainjiangan tangan mangko undiangan kadilaluan. Tantang taratik jo manjilih balelo bakurenah lai samo kito pakaian, cuman nan jadi pintak jo handak dek tantang sambah jo injianagn tangan. Samba mintak dipamulie injiangan tangan mintak dilatak,an, sahinggo undiangan sajo nan kainyo baco. Baitu kato inyo. Ba,a dek ambo kato nan baru bajawauk, undiangan alun bapulangan, a nan lai, janji bapintak istirahaik batiboan kabakeh inyo. Dek inyo alah mananti, dek ambo itu nan ambo paiyoan kabakeh sutan. Tantang nan ma nanambo paiyoan, tantang kato nan kabajawauk, undiangan kabapulangan taradok alek nan datang. Tapi sungguah pun dek sutan sipaik,e ateh sagalo urang sumando nan duduak saparadok.  Sakian bana.

Sutan: Sampai mak?

Mamak: sampai

Sutan: : Satempo diawae tadi alek kito nan datang handak mambaco undiangan, ba,a tantang handak mambaco undiangan ibaraik jalan alah baluangan ibaraik kato alah bacabaan. Ba,a nyoh lai kini dek inyo takalo undiangan ka inyo baco kato kaambo sabuik, tumbuah caro na manangko kan babaokan lagu caro adaik pakaiannyo. A bana lagu caro adaik pakaiannyo, bataratik manjilih balelo bakurenah, basambah bainjiangan tangan mangko undiangan kadilaluan. Tantang taratik jo manjilih balelo bakurenah lai samo kito pakai, cuman nan jadi pintak jo kahandak dek inyo tantang sambah jo injiangan tangan. Samba mintak dipamulie injiangan tangan mintak dilatak,an, sahinggo undiangan sajo nan kainyo baco. Baitu kato inyo. Ba,a dek amakkato nan baru bajawauk, undiangan alun bapulangan, a nan lai, janji bapintak istirahaik batiboan kabakeh inyo. Dek inyo alah mananti, dek amakitu nan ambo paiyoan kabakeh ambo. Tantang nan ma nan amak paiyoan, tantang kato nan kabajawauk, undiangan kabapulangan taradok alek nan datang. Tapi sungguah pun dek ambo sipaik,e ateh sagalo urang sumando nan duduak saparadok. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo ateh bana dilahie,e kato amak kan iyo kabajawauk capek undiangan amak kan kapaulangan lakeh, ba,a dek ambo ndak sughang tasabuik namo taimbau gala dek amak tadi, rupoe ambo bajalan nak baiyo bakato nak bamolah dulu. Undiangan taradok kabakeh amak janji ambo pintak istirahaik ambo tiboan. Mananti amak sabanta. Sakian bana.

Mamak: Sampai sutan?

Sutan: Sampai mak

Mamak:  manuruik pasaran  biaso kato ambo kan kabajawauk capek, undiangan ambo kabapulangan lakeh, ba,a dek Sutan indak surang tasabuik namo taimbau gala dek ambo tadi, rupoe Sutan bajalan nak baiyo, bakato nak bamolah dulu. Undiangan taradok bakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan iyo baitu??... Ba,a dek ambo, asa kato kabajawauk, undiangan kabapulangan, insyaallah paiyoan lah, nak ambo nanti sakiro. Sakian bana

Sutan: iyo ambo paiyoan?

Mamak: InsyaAllah.

(Sutan memusyarahkan kepada urang sumando yang lain)

Sutan: Kini baitu amak, satempo diawa,e tadi undiangan ambo pajanjian, karano ambo bajalan indak baiyo, bakato indak bamolah dulu, dek amakalah mananti, dek ambo alah pulo ambo paiyoan. A bana paiyoan ambo tu, alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu, tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh amak, alah diambo lo tarabik,e mah mak. Sakian bana
Mamak: Kini baitu Sutan, satempo diawa,e tadi undiangan ambo pajanjian, dek karano Sutan bajalan indak baiyo, bakato ndak bamolah dulu, undiangan taradok kabakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan yo baitu?
Dek ambo alah mananti, dek Sutan alah pulo baioaiyoan. A bana paiyoan Sutan tu,alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an, jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh ambo alah di Sutan lo tarabik,e mah. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo, jauah tampak asok, ampie tampak api, nan baado adangan tadi kan antaro kito baduo, kini Sutan lo nan mamulangan liak. Saancak-ancak tu nyeh. Sakian bana.

Sutan: Sampai mak?

Mamak: sampai sutan

Sutan: Kini baitu mak.. nan jadi bana dek ambo kabakeh amak kan mamulangan undiangan amak, ba,a dek amak tantang itu ibaraik jalan baluangan ibaraik kato bacabaan. Ba,a nyoh lai kini disabuik baawa baakie bamulai bakasudahan jikok satempo diawae tadi nan jadi bana dek amak kabakeh ambo kan alek nan datang mandatangan undiangan, tembak baalamaik pandangan batujuan, tembak,e kabakeh amak tujuan,e kabakeh kito saparadok. Ba,a dek amak tantang itu kayo nan baru manjawauk undiangan alun bapulangan. A nan lai janji bapintak istirahaik batiboan kabakeh inyo. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo undiangan amak tu kan alah pulo ambo paiyoan, diateh ambo nan duduak saamapaan tagak sapamatang. Jikok bulek,e lah sagolek picak,e lah salayang lah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk undiangan kamaulangan taradok alek kito nan datang, pulangan jo lah dek amak, kami disiko alah saniak samukasuik. Sakian bana.

Mamak: Sampai sutan?

Sutan: Sampai mak.

Mamak: nan jadi bana dek ambo kabakeh sutan ka mamulangan undiangan taradok alek kito nan datang. Ba,a dek sutan nan basabuik alah dapek lo kato samupakaik antaro sutan nan duduak saampaan tagak sapamatang, jiko bulek,e sagolek picak,e salayang lah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk undiangan kamamulangan taradok alek kito nan datang ka batumpahan kabadan diri ambo.
Ba,a dek ambo stu ambo urang paamuah kaduo ambo urang panyaba, sabalah ambo tantang itu amuah ambo mamulangan. Akan tetapi lah dapek lo undang-undang nan tuo dek ambo, a ban undang-undang nan tuo tuo
patah kalam pakabaran sampai
ayam bakukuak murai bakicau
pintandan aghi kasiang
kok senteang tolong bilai
kok kurang tolong tukuak
tolong sisik di nan ompang
Sakian bana.

Sutan: Sampai mak?

Mamak: Sampai sutan
Sutan: nan jadi dek ambo kabakeh amak kan ojok mamulangan undiangan taradok alek kito nan datang. Ba,a dek amak na basabuik stu amak urang paamuah kaduo amak urang panyaba, sabalah amak tantang itu amuah amak mamulanga, akan tetapi lah basuo lo undang-undang nan tuo dek amak, a bana undang-undang nan tuo tu
patah kalam pakabaran sampai
ayam bakukuak murai bakicau
pintandan aghi kasiang
kok senteang tolong bilai
kok kurang tolong tukuak
tolong sisik di nan ompang.
Kan iyo baitu? Ba,a dek ambo diateh nan lai ciek kurang,e tigo ambo tukuak. Tapi ateh nan indak sagalo nan tabaco diamak tadi manuah jo ambo mak.

Mamak: sampai sutan?

Sutan: Sampai mak.

Mamak: nan jadi ban dek ambo kabakeh sutan kan ojok mamulangan undiangan alek kito nan datang. Ba,a dek sutan nan basabuik bisa tagamang lai kabajawek, bisa anyuik lai kabasonsong. Lah sanang pulo hati ambo. Yo ambo pulangan undiangan urang tu lai?
Sutan: InsyaAllah.

(mamak kembali memanggil kapalo mudo)

Mamak: Kapalo mudo.. Kini baitu Kapalo mudo, satempo diawa,e tadi undiangan Kapalo mudo ambo pajanjian, karano ambo bajalan indak baiyo, bakato indak bamolah dulu, dek Kapalo mudo alah mananti, dek ambo alah pulo ambo paiyoan. A bana paiyoan ambo tu, alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu, tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh Kapalo mudo, alah diambo lo tarabik,e mah mak. Sakian bana

kapalo mudo: Sampai mak?

Mamak: Samapai.

Kapalo mudo:  Kini baitu amak, satempo diawa,e tadi undiangan ambo pajanjian, dek karano amak bajalan indak baiyo, bakato ndak bamolah dulu, undiangan taradok kabakeh ambo janji bapintak, istirahaik batiboan. Kan yo baitu?
Dek ambo alah mananti, dek amak alah pulo baioaiyoan. A bana paiyoan amak tu,alah bulek aie di pambuluah, alah tajun aie dipamatang, jikok bulek,e lah bisa digolek,an, jikok picak,e lah bisa dilayangan, lah saiyo kaji tantang itu. Tantang kato kamanjawauk, undiangan kamamulangan taradok bakeh amak alah di amak lo tarabik,e mah. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo, jauah tampak asok, ampie tampak api, nan baado adangan tadi kan antaro kito baduo, kini amak lo nan mamulangan liak. Saancak-ancak tu nyeh. Sakian bana.

Mamak: Sampai kapalo mudo?

Kapalo mudo: Sampai mak.

Mamak: Nan jadi bana dek ambo kabakeh kapalo mudo kan mamulangan undiangan kapalo mudo, ba,a dek kapalo mudo nan tantang itu ibaraik jalan alah baluangan ibaraik kato alah bacabaa. Ba,a dek ambo disabuik baawa baakie bamulai bakasudahan, jikok satempo diawe tadi nan jadi ban dek kapalo mudo kabakeh ambo kan tantang pihak pado sambah jo injiangan tangan, sambah mitak dipamulie injiangan tangan mintak dilatak,an sahinggo undiangan sajo ka kapalo mudo baco. Kan iyo baitu?
Ba,a dek ambo tantang injiangan tangan kalau alah kito pabacoan sifaik,e saumpamo kito baoan. Sakian bana

Kapalo mudo: nan jadi bana dek ambo kabakeh amak kan tantang pihak pado sambah jo injiangan tangan, sambah mintak dipamulie injiangan tangan dilatak,an sahinggo undiangan sajo nan kaambo baco. Ba,a dek amak tantang pihak pado sambah kalau alah kito bacoan saumpamo kito baoan. Kan iyo baitu? Ba,a dek ambo tantang pihak pado sambah, samo-samo kito gantuangan kan nan tinggi, kito hampaan ka nan gadang, kito pulangan ka nan tau, kito bauik,an kahati nan suci muko nan janiah. Tantang pihak pado sambah nan sakali kini karataihnyo kito guluang, kalamnyo kito patah. Kito ibarahik,a tantang pihak pado sambah nan sakali kinid dulu mak.

Mamak: insyaallah. Bilo masoe kito bawoan liak


Bersambung... Tunggu tulisan selanjutnya tentang Siriah.