Kamis, 28 Februari 2013

Cerpenku: Harapanmu Masih Ada



Harapanmu Masih Ada
Oleh: Yaser Arafat
Mahasiswa Sosiologi Unand
UKM Penalaran


Shubuh itu, suara kokok,an ayam jantan membangunkan seorang gadis yang bernama Santi,   Santi merupakan siswa kelas tiga di Sekolah Menengah Atas (SMA). Setelah  bangun tidur, Santi merapikan kamarnya, setelah itu, dia bergegas ke kamar mandi untuk berwhudu dan  kembali kekamarnya untuk menunaikan  sholat shubuh. Setelah selesai sholat shubuh, Santi pergi kedapur  untuk membantu ibunya memasak.
 Ibu Santi bernama Fatimah, dia sudah empat tahun menjanda karena ditinggal sang suami yang  meninggal karena mengidap penyakit kanker.
Sambil membantu ibunya memasak, Santi teringat percakapan teman-temannya kemaren disekolah tentang kuliah di  perguruan tinggi. Santi juga sangat ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi,  oleh sebab itu, dia mencoba mengungkapkan keinginannya tersebut pada ibunya

Bu, setelah tamat sekolah nanti, Santi pengen kuliah. Ucap Santi membuka percakapan.
           
 Mendengar permintaan anaknya tersebut, Fatimah langsung menghentikan pekerjaannya dan memandangi anak gadisnya tersebut.

Kok ibu memandang Santi seperti itu? Tanya Santi heran

 (Sambil membelai rambut anaknya) Nak, ibu tau kamu mempunyai cita-cita yang  tinggi, tapi permintaamu itu terlalu berat untuk ibu penuhi. Semenjak ayahmu tiada, ekonomi keluarga kita semakin sulit, ibu harus banting tulang untuk menyekolahkanmu, jangankan untuk kuliah, untuk makan sehari-hari aja kita harus ngutang diwarung. Sedangkan abangmu kerjanya  cuma ngojek.

Santi lalu menghempaskan pinggulnya ke kursi dan dia teringat harta peninggalan ayahnya.
Harta warisan peninggalan ayah kan ada!Sahut Santi

Harta warisan ayahmu sudah habis membiayai pengobatan abangmu saat dia kecelakaan.Balas Fatimah

Harta warisan nenek kan ada bagiannya untuk ibu?Tanya Santi dengan penuh harapan.

(Sambil melanjutkan pekerjaanya) “Harta warisan yang mana nak? Semua harta warisan nenekmu udah diambil sama pamanmu, sedangkan sawah yang dimiliki nenekmu juga sudah dijualnya.

 Mengapa diambil semuanya bu?  Bukankah agama mengatakan kalau harta warisan itu harus dibagi-bagi?

“Itulah nak,, semenjak ayahmu meninggal, keluarga kita selalu direndahkan, paman dan bibimu  juga menjauhi keluarga kita, tapi kita harus tabah ya nak.

Kenapa begitu bu? Apa salah keluarga kita? Mengapa mereka memandang keluarga kita berdasarkan materi?

Sebelum Fatimah menjawab petanyaan Santi, Rio, kakak Santi datang kedapur, karena terbangun mendengar percakapan Santi dan Ibunya.
“Ada apa San? Ada apa bu? Mengapa saya mendengar ibu dan Santi menyebut-nyebut almarhum ayah? Ada apa dengan beliau? Tanya Rio heran.

Bang,, Santi pengen kuliah, tapi uang tidak ada, semuanya sudah dibawa oleh paman.Sahut Santi menjelaskan apa yang mereka perbincangkan.

Kamu itu kalau ngomong mikir-mikir dulu San..! Kamu kan tau bagaimana keadaan keluarga kita, kita ini keluarga miskin San..!! Kerja abang aja cuma ngojek.Sahut Rio menasehati adiknya tersebut.

Abangkan laki-laki satu-satunya dikeluarga kita, seharusnya abang membela keluarga kita, tapi mengapa abang membiarkan hak ibu dirampas paman??

Maafin abang San.. abang gak bisa berbuat banyak, dia itu paman kita satu-satunya.

Paman??? Abang bilang dia itu paman kita?? Apakah dia menganggap kita sebagai Keponakanya?? Mikir dong bang…!!

(Dengan nada emosi) Kamu bentak-bentak abang ya?? Kamu nyalahin abang??
             
Melihat Santi dan Rio mulai bertengkar, ibunya langsung melerai.

Udah-udah.. lupain aja tentang harta warisan itu, semuayna udah terjadi, nasi sudah jadi bubur. 
Kamu San.. cepat mandi, nanti telat sekolah.
            
 Dengan wajah cemberut, Santi langsung pergi kekamarnya untuk mengambil handuk, lalu dia pergi kamar mandi dengan langka yang cepat, dan Rio pergi kehalaman rumah untuk mencari angin segar, sedangkan Fatimah melajutkan pekerjaannya.
  Setelah selesai mandi, dia memakai seragam sekolah, lalu Santi melihat jam dinding, ternyata jam sudah menunjukan pukul 07.15 pagi, dia bergegas pergi ke sekolah sambil pamit pada ibunya.

(Menyalami Fatimah) Bu, Santi pergi dulu...

Gak makan dulu nak?” Balas Fatimah

nggak bu, takut telat. Assalamu’alaikum

Wa’alaikum salam.. hati-hati ya nak.

Iya bu. Sambil melangkahkan kaki di anak tangga rumahnya.

Dalam hati Fatimah, dia merasa sedih karena tidak mampu memenuhi permintaan anak gadisnya tersebut. Fatimah hanya bisa berdoa, memohon pada Allah untuk memberikan jalan supaya anaknya bisa kuliah.
Santi pergi kesekolah naik angkot, selama di perjalan kesekolah, Santi selalu memikirkan bagaiman caranya untuk mendapatkan uang untuk biaya kuliah, sehingga dia merasa putus asa, oleh sebab itu dia hanya melamun.
 Sesampai disekolah, dia turun dari angkot dan langsung disamperin oleh sahabatnya, Lia.
 “Pagi san!!Ucap Lia pada sahabatnya tersebut.

Pagi Lia!!Balas Santi dengan nada yang lemah.

Kenapa kamu san? Kok nggak semangat gitu? Masih pagi lho!! Tanya Lia yang bingung melihat tingkah temannya tersebut.

Nggak kenapa-napa kok.

Kamu sakit ya?Sambil meletakan tangannya di kening Santi.

Enggak kok..
           
 Teng…teng…teng… (Lonceng tanda masuk pun berbunyi.)

Masuk kelas yuk San?Sahut Lia menarik tangan Santi.

Yuk.” Balas Santi menyetujui ajakan temannya terrsebut.
           
 Di sekolah, Santi dikenal sebagai anak yang berprestasi, dia selalu masuk tiga besar. Pagi itu Santi belajar biologi, pelajaran yang paling disukai oleh Santi, guru biologinya adalah Ibu Mimi, Ibu Mimi sangat sayang pada Santi.
 Hari itu, sikap Santi tidak seperti biasanya, biasanya Santi aktif dalam kelas, tapi dia hanya melamun saat pelajaran berlangsung. Ibu Mimi menjadi heran dengan sikap Santi seperti itu. Sehabis jam pelajaran, tepatnya waktu isirahat, Ibu Mimi langsung menghampiri Santi.

Kamu kenapa San? Kok ngelamun aja? Tanya Bu Mimi sambil memegang bahu Santi.

Enggak kenapa-napa kok bu.Balas Santi pada gurunya.

Emangnya pelajaran yang ibu berikan tadi susah dimengerti ya?

Enggak bu, pelajaran tadi asyik kok..!

Kamu bohong ya?? Kalau enggak, apa penyebab kamu seperti ini?

Anu bu..Santi gugup.

Anu apa San?Tanya Bu Mimi heran.

Enggak bisa saya sebutin bu..

“O.. gitu, kamu malu nyebutin disini ya? Kamu takut kedengaran sama teman-teman?”

“Iya bu, Santi malu didengar teman-teman.”

“Mmm... kamu udah makan apa belum?”

Belum bu.. emangnya kenapa?.

Kalau begitu, ayo ikut ibu ke kantin biar ibu yang nraktir kamu. Di kantin aja kamu ceritakan.

Baik bu.
            Lalu mereka pergi meinggalkan kelas  menuju kantin sekolah. Sesampai di kantin Ibu Mimi dan Santi langsung duduk. Tidak berselang beberapa menit, pelayan kantin pun datang menghampiri mereka.

“Mau pesan apa bu?” Tanya pelayan.

Kamu makan apa San? Tanya Bu Mimi pada Santi.

Nasi goreng aja bu.

Kebetulan selera kita sama.

Nasi goreng aja dua piring ya mas..Sahut Bu Mimi pada pelayan.

Baik bu, tunggu sebentar ya.
             
Sambil menunggu nasi goreng yang mereka pesan, Ibu mimi yang penuh tanda tanya terhadap sikap Santi, membuat dia kembali membuka percakapan.
 “ San, jadi apa yang membuat kamu jadi melamun seperti dikelas tadi?

Kalau udah tamat sekolah nanti, Santi pengen kuliah bu, tapi keluarga Santi nggak punya uang.

Emangnya pekerjaan ibu dan ayahmu apa?

Ayah Santi udah empat tahun yang lalu meninggal bu, ibu Santi cuma petani di sawah, itu pun sawah milik orang lain yang digarap ibu. Kakak Santi kerjanya cuma ngojek bu.Air mata Santi meluncur.

Ibu turut prihatin terhadap keadaanmu ya San. Kamu jangan nangis begitu dong.. masalah biaya buat kuliah nggak usah kamu pikirin, kan ada beasiswa dari pemerintah, yang penting kamu pertahankan prestasimu, kalau perlu kamu tingkatkan. Sekarang, hapus dulu air matamu”  Ucap Bu Mimi sambil memberikan tisu yang terletak diatas meja kanti kepada muridya tersebut

Serius bu??” Dengan wajah tidak percaya.

Serius San.. Nah jangan melamun lagi ya, nanti prestasinya menurun lho. Kamu harus tetap semagat, biar dapat beasiswa” Kata Bu Mimi menyemangati Santi

Oke bu.
            Tidak lama kemudian, nasi goreng yang mereka pesan pun datang.

“ Ini nasi gorengnya bu.Ucap pelayan sambil meletakan nasi goreng keatas meja.

Makasih mas..Balas Bu Mimi.
            
 Mereka pun memakan nasi goreng yang terhidang di meja makan. Setelah selesai makan Santi kembali kekelas, sedangkan Ibu Mimi tinggal di kantin, karena ada keperluan lain. Hari itu, Santi kembali ceria, dia tidak melamun lagi saat pelajaran berlangsung.
            Singkat cerita, lonceng tanda pulang pun berbunyi, Santi langsung pulang kerumah dengan menaiki angkot. Setelah sampai di rumah, dia langsung masuk.

Assalamu’alakum bu…Menghampiri lalu menyalami Fatimah,
 (Dengan sedikit heran melihat Santi) Wa’alaikum salam San.. kamu kenapa San? Kok begitu ceria? Perasaan pagi tadi kamu masih cemberut  gara-gara mikirin  biaya kuliah.

Tadi di sekolah, guru Santi ngomong kayak gini, kalau masalah biaya kuliah jangan dipikirin, katanya ada beasiswa dari pemerintah. Doa’in Santi ya bu.. mudah-mudahan Santi dapat beasiswa. Ucap Santi menirukan kata gurunya.

Amin.. Pasti ibu doa’in, kan anak ibu

Makasih bu..”  Santi memeluk Fatimah.


3 komentar :

  1. top... ser..terus berlatih dan rajin membaca yooooo..... sukses selalu....

    BalasHapus
  2. cerpen nya bagus

    aku ga tau udah berapa lama kamu nulis

    tp setelah aku baca, aku ngerasa cerpen kamu masih kaku.
    bukan mencerca atau memjelekkan, ataupun sok tau
    coba kamu berbahasa lebih menarik lagi, pasti jg orang baca nya juga lebih tertarik
    padahal ide cerita kamu bagus lo

    coba kita liat sasaran cerita pada siapa, anak SMA kan ?!
    nah aku rasa sih anak SMA pasti udah mumet sama hal yg kaku kyk pelajaran mereka kan ?!
    di situ cb bikin bahasa yg lebih menarik lg

    maap yak coret2 ga jelas akunya disini
    sok2 an lagi
    hehe

    saran sebagai pembaca

    BalasHapus
  3. jujur ya.. ini yang pertamakali saia menulis, pantesan sedikit ancur.. hehehee.. makasih ya atas kritikan dan sarannya, soalnya mau saya coba ikut lomba.

    BalasHapus