Tragedi gempa 2009:
Pada tanggal 30 september 2009 aku tidak sekolah, dan aku bilang sama temanku jika aku tidak sekolah lagi.
Aku tidak sekolah karena ikut sama keluarga besarku ke sungai geringging untuk mengikuti ritual "turun mandi/potong rambut" bayi.
Setelah itu aku pulang kerumah, setelah nyampai dirumah pada pukul 16.45 Aku berencana mandi, dan aku ingat kalau ada PR biologi,, trus aku tidak jadi mandi dan membuat PR di sofa diruang tamu, disampingku ada kakak laki2 no.3 dari 6 saudara.
Stlh 30 mnit lmanya aku mmbikin PR, yaitu jam 17.15 Aku mrsa sdkt gncngn, dn kkakku lngsung lari dn mmbka pntu, akupun lari ke hlman rmahku.
Stlh dhlaman, aku mmanggil ibuku yg sdg mmbimbing nenekku yg udah tua(umur 90-100 tahun).
Dhlaman rmh kmi brkmpul, nmun gmpa tmbh kuat, kmi jg tk mnydari jk ada rmah dibelakang kami, dan rmh itu roboh dan menimpa kaki ibu dan aku hingga patah, serta kakak perempuanku(saudara jauh) dan 2 anaknya trtimpa disluruh tbuhnya hingga dia dan 1 org anaknya meninggal dunia, akupun berusaha untuk beranjak dari reruntuhan rumah, tapi aku tak sanggup berdiri, terus aku ngesot aja. Aku lihat semuanya udah hancur, ibuku hanya bisa duduk. Syukurlah ayah sama sudaraku yang lain tidak apa2. Kakakku langsung meminta bantuan pada masyarakat, tak lama kemudian banyak pemuda yang datang kerumahku. Ketika para pemuda ingin mengangkatku menuju ke mobil, aku tak sanggup menahan sakit, sakit yang membuatku menangis tanpa mengeluarkan airmata. Aku dibawa kepuskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama, tapi Malangnya ternyata puskesmas itu tutup, mungkin karena bukan jam kerja. Lalu aku dibawa ke puskemas yang lain, Nasib ku tetap sama, puskesmas itu gak sanggup menangani masalah kakiku. Terus aku langsung dibawa kerumah sakit umum dikota pariaman, dalam perjalanan aku tak bisa menahan rasa sakit. Sesampai di rumah sakit, aku harus menunggu, karema piahak rumah sakit lebih mendahulukan para korban bencana yang luka dikepala
Tidak ada komentar :
Posting Komentar