Rokok, siapa yang tidak kenal dengan
benda yang satu ini. Semenjak kecil kita telah dikenalkan dengan rokok, apalagi
jika ayah kita merupakan perokok aktif. Iklan-iklan rokok yang begitu besar di
jalan raya menunjukan betapa besarnya pengaruh rokok dalam kehidupan sehari-hari.
Merokok adalah kebiasaan yang bagus, itu kata mereka para perokok aktif, mereka
menganggap bahwa merokok dapat memberikan inspirasi dalam berpikir, kepercayaan
diri.
Namun menurut saya merokok malahan menghancurkan inspirasi dan para
perokok aktif merupakan orang-orang yang tidak percaya diri. Karena pada
kenyataannya mereka harus dibantu oleh benda diluar tubuh mereka agar percaya
diri. Jika ditengok kebelakang, sebulan yang lalu saya adalah perokok berat,
dengan kata lain, hari ini genap satu bulan saya berhenti merokok. Tidak
semudah yang dibayangkan, bagaimana tersiksanya ketika harus menahan keinginan
untuk menghisap benda jahat tersebut.
Lahir di keluarga perokok membuat saya
dengan cepat mengenal rokok. Almarhum ayah saya merupakan orang yang peokok
berat, begitupun saudara laki-laki saya. Saya telah mengenal rokok semenjak
kelas dua SD, tepatnya ketika saya telah pandai membaca, dan ayah sering
menyuruh saya membeli rokok ke warung. Membeli rokok untuk ayah hampir setiap
hari saya lakukan, sehingga memasuki kelas lima SD saya juga penasaran
bagaimana rasanya merokok tersebut. Dengan penuh penasaran, saya dan
teman-teman saya mencoba untuk menghisap rokok, disini saya tidak membeli
rokok, karena takut dan tidak punya uang untuk membelinya. Saya mengumpulkan
puntung rokok yang saya cari di warung-warung lalu mnghisapnya di sungai
ataupun di belakang rumah. Saat itu ada sebuah kenikmatan yang saya rasakan.
Namun, disini saya belum menjadi
perokok aktif, karena pertualangan pertama saya menjadi perokok aktif adalah
pada saat kelas dua SMP, memasuki lingkungan baru membuat saya sulit untuk
menjaga diri, terlebih masa SMP merupakan masa transisi. Pergaulan dan ajakan
teman membuat saya kembali merasakan nikmatnya rokok, karena merasa sudah
besar, gaul, keren, dan orang perokok merupakan orang yang pemberani. Pemaknaan
ini muncul karena pergaulan yang tidak sehat waktu saya memasuki Sekolah
Menengah Pertama. Menjadi perokok aktif selama sekolah (SMP-SMA) mungkin tidak
sampai satu bungkus/hari, karena masih takut dengan orangtua. Pernah suatu
ketika saya ingin berhenti merokok, tepatnta pada saat kelas dua SMA, namun
kenyataannya cuma sanggup dua hari.
Setelah memasuki perguruan tinggi
memmbuat saya lebih bebas, merasa telah dewasa membuat saya merasa tidak
khawatir lagi merokok dekat orangtua. Masa kuliah membuat saya lebih garang
merokok, yang biasanya merokok cuma setengah bungkus, setelah memasuki
perguruan tinggi saya menjadi perokok berat denga merokok satu bungkus/hari.
padahal di perguruan tinggi saya hidup di lingkungan bersih atau boleh
dikatakan cuma saya sendiri yang merokok, hal ini yang membuat saya banyak menerima
kritikan dan teguran dari teman-teman saya.
Hingga suatu ketika saat kuliah,
dosen saya berbicara mengenai mahasiswa perokok, disinilah saya merasa sadar,
dan kembali berpikir untuk berhenti merokok. Saya putar otak bagaimana cara
berhenti merokok, hingga suatu ketika saya diberi petunjuk oleh Allah. Mungkin
ini cara terakhir, yaitu membuat perjanjian dengan teman-teman saya jika saya
berhenti merokok, apabila saya merokok maka saya akan dikenai denda Rp
10.000/batang. Sungguh denda yang begitu besar, sehingga saya tidak berani lagi
untuk merokok. Bukan hal mudah berhenti
merokok, trelebih saya merupakan perokok berat. Hari-hari pertama tanpa rokok
rasanya begitu menyiksa, gelisah, galau, badmood, dan emosi muncul ketika
berusaha menahan diri dari kebiasaan tersebut.
Kiat-kiat yang saya lakukan agar
lupa terhadap rokok adalah dengan mengemil, minum susu, olahraga, maupun
menyibukan diri dengan berinteraksi dengan teman-teman saya lewat jejaring
sosial. Salah satu faktor pendukung agar berhenti merokok adalah teman-teman
kita sendiri, caranya kasih tahu semua teman kita bahwa kita berhenti merokok,
tujuannya adalah agar kita merasa malu jika merokok lagi.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar