Allah Maha Besar |
Jelang pilpres ini, pertarungan begitu panas antara kedua kubu atau tim sukses capres tersebut, tidak jarang terjadi perseteruan yang hingga berujung kepada konflik, seperti yang terjadi akhir-akhir ini dimana gara-gara saling cekcok dan menjelek-jelekan capres dikungan lawan dua orang tukang becak berkelahi. Ini cukup memprihatinkan bagaimana kecerdasan emosional masyarakat indonesia begitu lemah, padahal pasangan capres-cawapres tersebut tidak ada yang sampai berkelahi.
Menjelang bulan ramadhan ini, suhu politik yang sedang
memanas harus secepatnya diredam, karena jangan sampai gara-gara perdebatan
mengenai politik merusak nilai pahala puasa kita. Debat kusir yang acap kali
diperagakan oleh para pendukung capres dan cawapres semakin mengkhawatirkan,
pasalnya para pedukung capres dan cawapres berdebat tidak lagi secara dewasa
dan rasional. Rasionalitas yang hilang akibat terlalu mengagung-agungkan capres
dan cawapres idola sehingga ketika bicara ibarat tong kosong, asal bunyi. Tidak
jarang nada hinaan dilontarkan kepada kubu lain.
Padahal Rasulullah SAW
mengingatkan umatnya agar menjaga lisan ketika berbicara. Sebagaimana sabda
rasul:
“…Rasulullah
saw bersabda, ‘Maukah aku beritahukan kepadamu tentang kunci semua ini?’ Saya
(Mu’adz ra) berkata, ‘Mau, wahai Rasulullah saw.’ Maka Rasulullah saw memegang
lidahnya, beliau bersabda, ‘Tahan ini!’ Saya (Mu’adz ra) berkata, ‘Wahai Nabi
Allah, adakah kita terhitung berbuat dosa dikarenakan apa yang kita bicarakan?’
Maka Rasulullah saw bersabda, ‘Ibumu kehilangan dirimu wahai Mu’adz, tidakkah
banyak manusia terjerumus mukanya di dalam neraka dikarenakan lidahnya’, Atau
‘Bukankah hidung manusia terjerembab ke dalam neraka dikarenakan
jeratan-jeratan lidahnya?’” (HR At-Tirmidzi dan ia mengatakan hadits ini hasan
shahih).
Sungguh ancaman yang
begitu besar dilontarkan oleh Rasulullah bagi mereka yang tidak bisa menjaga
lisannya dalam berbicara. Namun fenomena sosial yang saat ini kitas saksikan
begitu jauh dari harapan bahwa umat islam mentaati Rasul. Media sosial yang
seyogyanya adalah alat berinteraksi sosial masyarakat, malah menjadi alat untuk
saling serang dengan statment-statement negatif yang ditujukan kepada kubu
lawan.
Sebab, semua yang keluar
lisan, selalu ada pengawas yang mencatat. Allah swt berfirman:
“Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas
yang selalu hadir,” (QS Qaaf [50]: 18
Namun, Rasulullah juga telah menjanjikan untuk
umatnya surga bagi mereka yang mampu menjaga lisannya.
Rasulullah saw bersabda, “Dari Sahl bin Sa’d, dari Rasulullah
saw, beliau bersabda: ‘Siapa yang mau
menjamin untukku bahwa ia akan menjaga organ antara dua rahang dan dua kakinya,
maka aku jamin surga baginya’,” (HR Bukhari [6474]).
Berangkat dari
permasalahan ini dan sebagai umat muslim yang akan menyambut bulan suci
ramadhan, alangkah baiknya untuk menahan diri dari perkataan-perkataan kotor
yang tidak hanya mengotori mulut dan merusak ibadah puasa, namun juga membuat
orang lain tersinggung karena perkataan kita.
Raulullah bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan
dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan
minum.” (HR. Al-Bukhari)
Semoga dibulan ramadhan
kita bisa menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia sehingga tidak
merusak pahala puasanya.
Puasa adalah perisai, bila suatu hari
seseorang dari kama beupuasa, hendaknya ia tidak berkata buruk dan
berteriak-teriak. Bila seseorang menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata
‘Sesungguhnya aku sedang puasa” (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab
Sunan)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar