Pandangan
orang lain terhadap kita memang beragam, ada yang berpandangan positif, ada
yang berpandangan negatif. Jika kita menerima pandangan positif mungkin saja
kita bisa bahagia, senang, dan merasa tersanjung. Tapi bagaimana kalau
pandangan negatif yang kita terima? Walaupun itu sekedar sebatas sudut pandang
dari orang lain dan kebenarannya masih dalam tahap hipotesis yang perlu
diteliti ulang kebenarannya. Namun pada prinsipnya pandangan seperti itu dapat
menganggu ketenangan hidup kita, bikin kita down, marah, dan kadang putus asa
sehingga terkesan menerima pandangan tersebut sebelum meneliti ulang.
Sebagai
manusia biasa kita tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, setiap kelebihan
merupakan anugerah, namun kekurangan bukanlah musibah, ia adalah sebuah cobaan
dari Tuhan agar kita menjadi orang penyabar serta berusaha menutupi kekurangang
tersebut. Saya sering menerima pandangan negatif dan positif terhadap diri
saya, teman-teman saya ada yang blak-blakan mengkritik diri saya, saya suka
dikritik, namun kalau dikritik tanpa dikasih saran atau masukan yang membangun,
ya itu namanya kritikan bullshit yang
tujuannya hanya menjatuhkan mental kita. Kalau bicara teman. Saya pikir ini
bukanlah tipe teman yang baik.
Saya
suka dikritik sekaligus dikasih solusi yang membangun, biar kritikannya pedas,
namun ada manisnya dikit kalau ada solusi. Bicara pandangan negatif teman-teman
terhadap saya, ada beragam pandangan negatif, mulai dari mereka yang mengatakan
saya ini sombong atau angkuh. Ini yang paling tidak saya suka, mereka seenaknya
mengatakan saya sombong, padahal saya merasa tidak sombong, mungkin bawaan aja,
namun karena itu adalah sudut pandang orang lain, saya pun harus menerimanya
dengan rendah hati (udah rendah hati saya kan? Hehehe). Mungkin saja disituasi
tertentu saya bisa jadi orang yang sombong dan angkuh, kembali ke kata-kata
saya diatas, kalau manusia mana ada yang sempurna, jadi kesombongan itulah yang
jadi kekurangan saya. Saya sebagai makhluk Allah yang sangat mengharapkan
surgaNya pasti sangat tidak ingin sikap sombong saya ini menjerumuskan saya
kelubang kehancuran, baik kehancuran di dunia, maupun kehancuran di akhirat. Saya
sangat takut jadi orang yang sombong, karena saya pernah melihat bahwa orang
sombong banyak yang gagal karena kesombongannya. Saya telah berniat di dalam
lubuk hati yang paling dalam agar sifat ini bisa dihapus dari hati saya. Mungkin
dengan sedikit berbicara mampu menghapus sifat tersebut.
Selain
mengatakan saya orangnya sombong, masih ada teman-teman saya yang kritikannya
sama pedasnya dari yang mengatakan saya sombong tadi. Ada yang mengatakan saya
ini orangnya egois. “O..em..ji.. egois bagaiamana saya ini Tuhan?” Kadang itu
yang terbesit di hati saya, karena saya merasa saya bukanlah orangnya egois. Seperti
sebelumnya, tentunya saya juga tidak boleh menolak mentah-mentah pandangan
tersebut, saya juga harus introspeksi diri juga, mungkin saja itu benar adanya.
Saya berpikir pada dasarnya manusia memang memiliki sifat ego, karena
hakikatnya manusia selalu memikirkan dirinya sendiri. Namun kalau egois berarti
sudah keterlaluan egonya. Saya pikir dalam-dalam ternyata memang benar
terkadang saya orangnya egois, mungkin karena saya belum jadi orang yang
dewasa, karena setahu saya orang dewasa itu banyak ngalahnya. Saya juga
bertekad untuk menghapus sifat ini dari diri saya, saya tidak boleh lagi jadi
orang egois. Titik.
Pandangan
negatif tidak saja sampai disitu. Sombong dan egois akan saya hapus dari diri
saya, saya sekarang harus menghapus pandangan negatif lainnya, yaitu
tempramental alias tidak sabaran. Mungkin sifat ini berkorelasi dengan seifat
egois tadi, namun saya disini lebih menjelaskan sifat tempramental saya. Jujur,
ini saya akui sebagai sifat yang melekat pada diri saya semenjak kecil, saya
tidak perlu menyebutkan darimana dan sifat siapa yang saya pake, yang pasti
saya memang muda lepas kontrol, sering marah jika diusik sedikit saja. Misalnya
saya diganggu sama oranglain, baik yang sama besar maupun yang lebih besar,
saya pasti langsung marah dan melawan dengan penuh emosi. Namun saya tidak
begitu saja membiarkan sifat ini terus tertanam dalam diri saya. Saya berusaha
mendalami ilmu agama, membaca hadist-hadist nabi mengenai bahaya dan larangan
emosional serta keutamaan orang yang sabar, saya berusaha meresapi satu persatu
hadistnya, saya termotivasi untuk menghapus sifat ini. Untung sekarang saya
sudah berhenti merokok, karena yang saya tahu kalau orang perokok itu muda
depresi dan ujung-ujungnya emosi tidak terkendali.
Masih
banyak pandangan negatif terhadap diri saya, namun yang paling urgen untuk
diubah adalah yang saya sebutkan diatas, karena saya tidak ingin menjadi
manusia gagal di dunia, dan tidak berhasil di akherat. Mengenai pandangan positif
tidak perlu saya sebutkan, karena saya tidak ingin disebut sombong. Hehehe..
Tidak ada komentar :
Posting Komentar