Kata
teman-teman saya kok makin kurus aja ya? ‘’apasih yang kamu pikirin? Kok sampai
tambah kurus gitu’’ saya hanya tersenyum mendengar pertanyaan dan pernyataan
teman saya tersebut. Emang saya akui saya makin kurus akhir-akhir ini, berat
badan saya turun tiga kilogram, padahal pada dasarnya saya sudah masuk kedalam
kategori kurus. Apa sih peneyebabnya? Banyak pikiran? Ya selagi saya masih
waras, punya otak, selama itu juga saya banyak pikiran. Kalau gak berpikir buat
apa gunanya otak toh? Hehehehe..
Memang
akhir-akhir ini otak saya terasa mumpet, banyak hal yang harus saya pikirkan
matang-matang, baik dalam kehidupan kampus, organisasi, maupun dalam keluarga.
Ibarat pepatah “makin tinggi sebuah pohon, makin kuat angin menerpanya” kalau
akar pohonnya kuat, mungkin pohon tersebut dapat survive, namun kalau akar
pohonnya tidak kuat, jangankan untuk tumbuh tambah tinggi, untuk survive aja
dia tidak akan sanggup. Begitulah manusia, termasuk saya, saya merasa makin
hari makin besar juga beban hidup ini, jika waktu remaja tidak terlalu banyak
yang dipikirkan, tapi kalau sudah memasuki bangku kuliah dan berada diranah
orang dewasa tentunya juga makin bertambah beban yang mesti kita pikul. Saya
merasa belum mampu semaksimal mungkin untuk memikul beban yang datang silih
berganti, karena semuanya butuh proses, tidak seinstan mungkin.
Kembali
ke masalah kurus tadi, saya kurus merupakan sebuah bentuk pengorbanan diri ini
terhadap apa yang ingin saya capai. Biasanya saya tiap sore olahraga (angkat
beban) demi menjaga stamina dan bentuk tubuh, namun sekarang semuanya saya
tinggalkan (untuk sementara). Saya fokus ke organisasi dan kuliah, saya fokus
mengisi otak dengan kosenkuensi otot yang gede akan menjadi kecil. Karena saya
ingat kata-kata senior saya “biar badan kurus asal otak berisi”. Memang senang
memiliki badan ideal, otot gede, dan badan tegap serta jadi pujaan wanita.
Kalau badan ideal., kita merasa pede dalam berbicara didepan umum. Yasudahlah,
namanya juga pengorbanan.
Selain
kurus, hal yang bikin saya gelisah adalah uban, meskipun tidak ada yang
menertawain, namun saya sendiri yang merasa demikian. Banyak yang nanya saya
kok cepat ubanan? Saya jawab ada tiga faktor yang membuat saya ubanan. Pertama,
faktor genetik, saya ubanan karna keturunan, paman saya cepat ubanan, ibu saya
ubanan, kakak saya juga cepat ubanannya. Kedua, karena banyak pikiran, yah
memang, ternyata banyak pikiran disertai stres membuat kita cepat ubanan. Ini
saya baca di internet kalau sters cepat tumbuh uban. Ketiga, karena tanda-tanda
kematian, saya baca hadist-hadist nabi, ada hadist yang menagatakan jika kita
ubanan, maka satu uban dihitung satu kebaikan sama tuhan. Kebayang ya kalau
ubananya banyak, dia bakal jadi orang beruntung, hadist lain mengatakan jika
ubanan tanda pintu kubur sudah dekat. Tanda-tanda kematian mau mengampiri ada
tiga, yaitu mata udah rabun, badan udah bungkuk, dan rambut memutih, jadi telah
datang peringatan bagi saya kalau saya akan menghadap ilahi.
Dulu
saya sering mencabut uban saya, banyak teman-teman saya yang melarang saya
mencabut uban itu, katanya kalau dicabut bakal bertambah banyak. Saya tidak
percaya dengan pernyataan ini, karena tidak rasional rasanya, atau memang ada
penelitian mengenai hal ini? Saya juga belum tahu. Yang pasti larangan mencabut
uban terdapat pada hadist nabi, yang mengatakan mencabut uban berarti mencabut
kebaikan, serta secara medis mencabut uban berbahaya bagi saraf manusia. Sebab
itu sekarang saya enggan mencabut uban, meskipun makin hari maki banyak.
Banyak
juga yang menyarankan saya agar memakai cat rambut, namun saya masih ragu,
nanti dilarang agama dan sholat saya tidak diterima. Beda halnya sama tukang
pangkas rambut yang saya temui, saya dilarang mencat rambut saya, padahal itu
profesi dia. Dia bilang saya masih muda dan jangan pernah mencat rambut karena
ubanan, karena kalau mencat, rambut makin rusak, dan uban yang tumbuh makin
banyak. Sungguh tukang pangkas rambut yang berhati mulia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar