Senin, 01 Desember 2014

Ya.. Inilah Saya..



Kata teman-teman saya kok makin kurus aja ya? ‘’apasih yang kamu pikirin? Kok sampai tambah kurus gitu’’ saya hanya tersenyum mendengar pertanyaan dan pernyataan teman saya tersebut. Emang saya akui saya makin kurus akhir-akhir ini, berat badan saya turun tiga kilogram, padahal pada dasarnya saya sudah masuk kedalam kategori kurus. Apa sih peneyebabnya? Banyak pikiran? Ya selagi saya masih waras, punya otak, selama itu juga saya banyak pikiran. Kalau gak berpikir buat apa gunanya otak toh? Hehehehe..

Memang akhir-akhir ini otak saya terasa mumpet, banyak hal yang harus saya pikirkan matang-matang, baik dalam kehidupan kampus, organisasi, maupun dalam keluarga. Ibarat pepatah “makin tinggi sebuah pohon, makin kuat angin menerpanya” kalau akar pohonnya kuat, mungkin pohon tersebut dapat survive, namun kalau akar pohonnya tidak kuat, jangankan untuk tumbuh tambah tinggi, untuk survive aja dia tidak akan sanggup. Begitulah manusia, termasuk saya, saya merasa makin hari makin besar juga beban hidup ini, jika waktu remaja tidak terlalu banyak yang dipikirkan, tapi kalau sudah memasuki bangku kuliah dan berada diranah orang dewasa tentunya juga makin bertambah beban yang mesti kita pikul. Saya merasa belum mampu semaksimal mungkin untuk memikul beban yang datang silih berganti, karena semuanya butuh proses, tidak seinstan mungkin.

Kembali ke masalah kurus tadi, saya kurus merupakan sebuah bentuk pengorbanan diri ini terhadap apa yang ingin saya capai. Biasanya saya tiap sore olahraga (angkat beban) demi menjaga stamina dan bentuk tubuh, namun sekarang semuanya saya tinggalkan (untuk sementara). Saya fokus ke organisasi dan kuliah, saya fokus mengisi otak dengan kosenkuensi otot yang gede akan menjadi kecil. Karena saya ingat kata-kata senior saya “biar badan kurus asal otak berisi”. Memang senang memiliki badan ideal, otot gede, dan badan tegap serta jadi pujaan wanita. Kalau badan ideal., kita merasa pede dalam berbicara didepan umum. Yasudahlah, namanya juga pengorbanan.

Selain kurus, hal yang bikin saya gelisah adalah uban, meskipun tidak ada yang menertawain, namun saya sendiri yang merasa demikian. Banyak yang nanya saya kok cepat ubanan? Saya jawab ada tiga faktor yang membuat saya ubanan. Pertama, faktor genetik, saya ubanan karna keturunan, paman saya cepat ubanan, ibu saya ubanan, kakak saya juga cepat ubanannya. Kedua, karena banyak pikiran, yah memang, ternyata banyak pikiran disertai stres membuat kita cepat ubanan. Ini saya baca di internet kalau sters cepat tumbuh uban. Ketiga, karena tanda-tanda kematian, saya baca hadist-hadist nabi, ada hadist yang menagatakan jika kita ubanan, maka satu uban dihitung satu kebaikan sama tuhan. Kebayang ya kalau ubananya banyak, dia bakal jadi orang beruntung, hadist lain mengatakan jika ubanan tanda pintu kubur sudah dekat. Tanda-tanda kematian mau mengampiri ada tiga, yaitu mata udah rabun, badan udah bungkuk, dan rambut memutih, jadi telah datang peringatan bagi saya kalau saya akan menghadap ilahi.

Dulu saya sering mencabut uban saya, banyak teman-teman saya yang melarang saya mencabut uban itu, katanya kalau dicabut bakal bertambah banyak. Saya tidak percaya dengan pernyataan ini, karena tidak rasional rasanya, atau memang ada penelitian mengenai hal ini? Saya juga belum tahu. Yang pasti larangan mencabut uban terdapat pada hadist nabi, yang mengatakan mencabut uban berarti mencabut kebaikan, serta secara medis mencabut uban berbahaya bagi saraf manusia. Sebab itu sekarang saya enggan mencabut uban, meskipun makin hari maki banyak. 

Banyak juga yang menyarankan saya agar memakai cat rambut, namun saya masih ragu, nanti dilarang agama dan sholat saya tidak diterima. Beda halnya sama tukang pangkas rambut yang saya temui, saya dilarang mencat rambut saya, padahal itu profesi dia. Dia bilang saya masih muda dan jangan pernah mencat rambut karena ubanan, karena kalau mencat, rambut makin rusak, dan uban yang tumbuh makin banyak. Sungguh tukang pangkas rambut yang berhati mulia.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar