Manusia telah mengenal seni bela diri semenjak tahun 520
Masehi di India. Seni bela diri ini merupakan kesenian yang muncul sebagai
refleksi dari manusia untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Pada
dasarnya manusia memiliki insting untuk mempertahankan diri dengan kata lain
dengan prilaku selalu mempertahankan diri, diseluruh penjuru dunia terdapat
berbagai macam seni bela diri. Perbedaan jenis seni bela diri tidak lepas dari
kultur dan budaya yang dianut masyarakat setempat.
Seni bela diri silat adalah seni bela diri yang
berkembang di negara-negara Asean, dan terdapat di Indonseia, Malaysia,
Thailand, dan Brunei Darussalam. Di indonesia sendiri terdapat beragam jenis
seni bela diri silat, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan kultur budaya disetiap
daerah di Indonesia. Di Nagari Koto
Baru, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat
terdapat silat kumango, berdasarkan namanya silat kumango adalah silat yang
berasal dari Nagari Kumango. Silat ini diciptakan oleh Syekh Kumango pada abad ke-19.
Sebagai seni bela diri yang sudah dikenal disetiap
pelosok Minangkabau, Silat Kumango merupakan seni bela diri untuk
mempertahankan diri dari serangan musuh, bukan untuk mencari lawan. Dalam
silat, setiap manusia sebenarnya mempelajari ilmu untuk memoerluas tali
silaturahmi, karena kata silat sendiri berasal dari kata silaturahmi. Dibatin mancari kawan, dilahia manacri Tuhan
(Di batin mencari kawan, dilahir mencari Tuhan). Ungkapan tersebut keular
dari perkataan guru besar Silat Kumango di Nagari Koto Baru, Syekh. H. Imam
Mahyudin. Dt Pamangku Malin Mancahayo.
Namun hal yang disayangkan adalah kurangnya minat
generasi muda untuk melestarikan silat kumango ini, hal ini tentunya menjadi
keprihatinan kita terhadap makin eksistensi buadaya lokal yang dari waktu ke
waktu terus berkurang lantaran tidak adanya generasi penerus yang ikut andil
mempertahankan budaya dan kearifan lokal.
Dengan berkurangnya rasa cinta tarhadap kebudayaan lokal,
tampaknya sangat berbanding terbalik dengan bangsa lain yang sangat ingin
mempelajari silat kumango. Di Nagari Koto Baru, banyak turis asing yang menjadi
murid dari Syekh. H Imam Mahyudin. Ketika bangsa lain ikut melestarikan
kebudayaan kita dan terjadi pengklaiman, seharusnya tidak sepantasnya kita
marah, dan menyalahkan bangsa lain karena mengklaim kebudayaan kita. Seharusnya
kita bercermin diri, menanyakan kepada diri sendiri. Siapa yang salah? Apakah
mereka yang melestarikan hingga mengklaim kebudayaan kita? atau kita sendiri
yang tidak melestarikannya?
Tidak ada komentar :
Posting Komentar