Dalam sejarah munculnya berqurban adalah
ketika nabi ibrahim mendapatkan sebuah ujian dari Allah untuk menyembelih anak
semata wayang yang begitu ia sayangi, yang kisahnya tertuang di dalam Al-qur’an surat Ash shaafaat :
102-107.
“ Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.”
Setiap tahunnya kaum muslim menjalankan ibadah
qurban dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dengan cara ikut berbagi
kebahagiaan dengan berqurban dan membagi-bagikan daging qurban kepada kaum
fakir. Memahami makna munculnya kewajiban berqurban bagi yang mampu dapat
dipahami dalam konteks sosial. Pada zaman sekarang ini, masyarakat telah
memiliki sifat individual, sifat
masyarakat komunal yang berfalsafah oriental (rasa kebersamaan)
berangsur-angsur ke falsafah oksidental yang bersifat individualis, bahkan umat
Islam yang bersaudara antar sesama umat Islam mulai teracuni oleh sifat
individualis warisan bangsa barat. Dengan adanya hari raya qurban ini adalah
sebuah moment penting untuk umat Islam dalam rangka meningkatkan rasa empati
dan solodaritas sosial antar sesama. Ia menggerakkan emosi setiap orang
untuk meluangkan sisi keberadaannya kepada yang lain dan memberikan sebagian
kepemilikannya untuk berbagi kesejahteraan.
Hewan yang disembelih pada Idul Adha mengajak kita melepaskan diri dari sifat ”kebinatangan”: simbol
ketidakberadaban yang bisa membunuh sistem kepedulian. Berkorban saat Idul Adha adalah momentum untuk
menumbuhkan kepedulian. Tumbuhnya
rasa solidaritas sosial antar sesama menjadi contoh nyata bahwa umat Islam itu bersaudara.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar