Minggu, 07 Januari 2018

Hilang Leluhurku

Tapak tilas kemana?
Tidak bisa ku salahkan pihak mana pun, ketika seorang Sadly merantau ke daerah Pariaman dalam rangka urusan kerja sebagai PNS. Sadly yang merantau jauh-jauh dari tanah pasundan jatuh hati kepada seorang janda beranak 3, Siti Ain, perempuan cantik berhidung mancung, para kompany Belanda memanggilnya Nona Prancis, alasan hidung mancung dan kecantikan yang memesona pantas disematkan Nona Prancis.
Sadly, Akang dari Tanah Parahyangan jatuh Cinta kepada Siti Ain, walaupun janda beranak tiga, namun kecantikannya tidak memudar, sehingga Sadly menikahinya. Dalam pernikahan mereka, dikaruniai seorang anak laki-laki, yang diberi nama Rusli. Semenjak merantau ke Pariaman, Sadly tidak pernah pulang kampung ke Singaparna, Tasikmalaya, karena sudah merasa nyaman di daerah Rantau. Rusli sebagai anak satu-satunya tidak pernah tahu dimana neneknya tinggal di Tasikmalaya, hingga Sadly sudah tua dan meninggal dunia, Rusli pun tidak tahu dimana leluhurnya tinggal di Tanah Parahyangan. Sebagai tanah leluhur, ternyata anak-anak Rusli semuanya merantau ke Tanah Pasundan, seperti kembali ke tanah leluhur mereka, tapi sangat disayangkan, alamat dan tempat asal kakek mereka tidak pernah ia ketahui, bukan ayah mereka tidak mau memberi tahu, tapi kakek memang tidak pernah mengajak ayah mereka ke rumah neneknya.
.
.
Sepenggal kisahku, ingin tapak tilas, tapi bak menginjakan kaki di tepi pantai, jejak hilang di hapus gelombang. Semoga Allah menjaga keluargaku di Singaparna, Tasikmalaya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar