Rabu, 04 Januari 2017

Media Sosial Atau Media Anti-Sosial?

Sumber Foto: Wajibbaca.com


Kemajuan zaman seperti sekarang ini, membuat masyarakat berlomba-lomba menciptakan media-media komunikasi yang bisa digunakan oleh setiap kalangan, dengan teknologi yang memadai tersebut mampu meng”globalisasi”kan masyarakat di setiap belahan dunia. Hadirnya media sosial seperti twitter, facebook atau instagram sangat memudahkan individu dalam berkomunikasi satu sama lain, bahkan bisa mencari teman baru lewat media tersebut. Sejatinya media sosial tersebut diciptakan untuk memudahkan individu dalam berkomunikasi, berbagi hal-hal yang positif, tetap menjalin hubungan meski jarak antara satu sama lain sangat jauh.

Namun satu hal yang makin mengkhawatirkan mengenai fungsi media sosial saat ini, apakah masih memiliki fungsi sesuai tujuan penciptaannya? Yaitu untuk memudahkan saling berkomunikasi dan berbagi hal-hal yang “baik”. Memang faktanya masih memiliki fungsi yang demikian, namun juga terdapat fungsi lain dari media sosial yang dipakai masyarakat sehari-hari, penambahan fungsi tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap media tersebut, contohnya saja media sosial seperti facebook, sebagai media sosial yang sangat banyak penggunanya diseluruh dunia. Pemanfaatan facebook sebagai media sosial sangat dipengaruhi oleh tujuan penggunanya, dalam beberapa bulan ini, di facebook beredar berita-berita hoax dan provokatif, padahal berita yang belum diketahui kebenarannya tersebut sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh publik, karena tidak semua masyarakat bisa menerima berita hoax atau provokatif tersebut dengan berpikir jernih. Kebencian-kebencian yang diujarkan di media sosial tersebut sangat mempengaruhi psikologi para pembacanya. Hal yang sangat berkaitan dengan “permainan politik” yang saat ini sedang dimainkan oleh aktor-aktor politik, memanfaatkan media sosial untuk menggiring opini-opini tertentu secara provokatif dan “ganas” demi meraih keuntungan pribadi. Perang opini pun tidak bisa dihindari, perang antar buzzer ini lah yang membuat suasana makin panas, sehingga media sosial sebagai media yang ditujukan untuk merekat silaturahmi antara sesama penggunanya berubah menjadi media anti-sosial, anti kebersamaan dan sebagai alat merendahkan orang lain.
Dalam sebuah penelitian yang berjudul “Eksperimen Facebook: Apakah media sosial mempengaruhi kualitas hidup kita? Yang dilakukan oleh Happiness Research Institute: Mereka yang meninggalkan Facebook menjadi lebih tegas dan antusias serta memiliki tingkat khawatir, kesepian, dan tertekan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tetap aktif di Facebbok. Facebook mendistorsi persepsi kita tentang realitas dan dari apa yang sebenarnya orang lain alami”.
Ketika seorang pengguna facebook membuka akun facebook dalam kondisi mood kurang baik, maka belum tentu akan memperbaiki mood yang bersangkutan, padahal harapan dalam menggunakan media sosial sebagai “pelampiasan” mood yang buruk tersebut. Makin ketidakbahagiaan seorang pengguna facebook dipengaruhi oleh postingan-postingan penggun lain yang menampilkan foto liburan atau status kebahagiaan, maka akan timbul “kecemburuan” terhadap kondisi pengguna lain tersebut, dan membandingkan dengan kondisinya yang sangat buruk. Padahal belum tentu setiap orang yang memposting hal yang berbau “pamer” tersebut di facebook benar-benar dalam kondisi bahagia. Oleh karena itu memahami kembali fungsi dan manfaat menggunakan media sosial haruslah dilakukan oleh pengguna media sosial tersebut yang makin hari makin bertambah, serta bersikap dewasa dan cerdas dalam mengkonsumsi setiap berita yang beredar, bukan asal percaya, like dan share ke pengguna lain.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar