Sumber Foto: Wajibbaca.com |
Kemajuan zaman seperti sekarang ini, membuat masyarakat
berlomba-lomba menciptakan media-media komunikasi yang bisa digunakan oleh
setiap kalangan, dengan teknologi yang memadai tersebut mampu meng”globalisasi”kan
masyarakat di setiap belahan dunia. Hadirnya media sosial seperti twitter,
facebook atau instagram sangat memudahkan individu dalam berkomunikasi satu
sama lain, bahkan bisa mencari teman baru lewat media tersebut. Sejatinya media
sosial tersebut diciptakan untuk memudahkan individu dalam berkomunikasi,
berbagi hal-hal yang positif, tetap menjalin hubungan meski jarak antara satu
sama lain sangat jauh.
Namun satu hal yang makin mengkhawatirkan mengenai fungsi media
sosial saat ini, apakah masih memiliki fungsi sesuai tujuan penciptaannya? Yaitu
untuk memudahkan saling berkomunikasi dan berbagi hal-hal yang “baik”. Memang faktanya
masih memiliki fungsi yang demikian, namun juga terdapat fungsi lain dari media
sosial yang dipakai masyarakat sehari-hari, penambahan fungsi tersebut sangat
berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap media tersebut,
contohnya saja media sosial seperti facebook, sebagai media sosial yang sangat
banyak penggunanya diseluruh dunia. Pemanfaatan facebook sebagai media sosial
sangat dipengaruhi oleh tujuan penggunanya, dalam beberapa bulan ini, di
facebook beredar berita-berita hoax dan provokatif, padahal berita yang belum
diketahui kebenarannya tersebut sangat berbahaya jika dikonsumsi oleh publik,
karena tidak semua masyarakat bisa menerima berita hoax atau provokatif
tersebut dengan berpikir jernih. Kebencian-kebencian yang diujarkan di media
sosial tersebut sangat mempengaruhi psikologi para pembacanya. Hal yang sangat
berkaitan dengan “permainan politik” yang saat ini sedang dimainkan oleh
aktor-aktor politik, memanfaatkan media sosial untuk menggiring opini-opini
tertentu secara provokatif dan “ganas” demi meraih keuntungan pribadi. Perang opini
pun tidak bisa dihindari, perang antar buzzer ini lah yang membuat suasana
makin panas, sehingga media sosial sebagai media yang ditujukan untuk merekat
silaturahmi antara sesama penggunanya berubah menjadi media anti-sosial, anti
kebersamaan dan sebagai alat merendahkan orang lain.
Dalam sebuah penelitian yang berjudul “Eksperimen Facebook: Apakah
media sosial mempengaruhi kualitas hidup kita? Yang dilakukan oleh Happiness
Research Institute: Mereka yang meninggalkan Facebook menjadi lebih tegas
dan antusias serta memiliki tingkat khawatir, kesepian, dan tertekan yang lebih
rendah dibandingkan dengan mereka yang tetap aktif di Facebbok. Facebook mendistorsi
persepsi kita tentang realitas dan dari apa yang sebenarnya orang lain alami”.
Ketika seorang pengguna facebook membuka akun facebook dalam
kondisi mood kurang baik, maka belum tentu akan memperbaiki mood yang
bersangkutan, padahal harapan dalam menggunakan media sosial sebagai “pelampiasan”
mood yang buruk tersebut. Makin ketidakbahagiaan seorang pengguna facebook
dipengaruhi oleh postingan-postingan penggun lain yang menampilkan foto liburan
atau status kebahagiaan, maka akan timbul “kecemburuan” terhadap kondisi
pengguna lain tersebut, dan membandingkan dengan kondisinya yang sangat buruk. Padahal
belum tentu setiap orang yang memposting hal yang berbau “pamer” tersebut di
facebook benar-benar dalam kondisi bahagia. Oleh karena itu memahami kembali fungsi
dan manfaat menggunakan media sosial haruslah dilakukan oleh pengguna media
sosial tersebut yang makin hari makin bertambah, serta bersikap dewasa dan
cerdas dalam mengkonsumsi setiap berita yang beredar, bukan asal percaya, like
dan share ke pengguna lain.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar