Kita
sering merasa kesal jika dipanggil dengan ungkapan-ungkapan yang tidak kita
sukai, meskipun bermakna positif bagi kita, tapi kita pasti berharap
teman-teman kita memanggil dengan ucapan yang pernah kita sarankan atau saat
berkenalan kita menyuruh teman-teman kita memanggil dengan nama panggilan
sehari hari. apa jadinya jika teman-teman kita tidak mengindahkan saran kita
tersebut, kita dipanggil dengan nada lelucon, ejekan, bahkan ejekan.
Namun
berbeda dengan saya, saya tidak suka dipanggil dengan panggilan lain, meskipun
bermakna positif, misalnya dalam keluarga saya dipanggil dengan ucapan Anak
Bungsu. Saudara-saudara saya bilang, enak jika dipanggil anak bungsu, tapi
kenapa saya tidak mau dipanggil anak bungsu. Saya sebagai seseorang mahasiswa
sosiologi hanyalah menjawab kepada kakak-kakak saya jika saya dengan mereka
berbeda pemaknaan mengenai ucapan “Anak Bungsu” mungkin mereka memaknai sebagai
kegembiraan, dimanjakan, dibela, dan senantiasa dilindungi.
Sedangkan
saya?? Saya benci dipanggil “Anak Bungsu” bukan karena saya tidak menerima
takdir sebagai anak bungsu, namun ungkapan “Anak Bungsu” saya maknai sebagai
cengeng, anak-anak, manja, kecil, dan selalu tidak diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga.
Panggil
saya dengan kalimat “Yaser atau Arafat”.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar