Sabtu, 17 Juni 2017

Merantau dahulu dan kini bagi masyarakat Minang

Merantau dalam masyarakat Minangkabau kontemporer bukanlah merantau yang biasanya selama ini dilakukan oleh masyarakat Minang. Sejak zaman dahulu masyarakat Minang sangat dikenal dengan jiwa merantaunya, mulai dari masyarakat Minang kuno di luhak nan tigo, merantau ke daerah pesisir Sumatera Barat hingga ke negeri jiran Malaysia. Kebiasaan merantau ini membuat masyarakat Minangkabau ada di hampir seluruh wilayah Indonesia. 

Merantau yang dilakukan oleh laki-laki bujang, seperti kata pepatah "Karatau madang di hulu. Babuah babungo balun. Marantau Bujang dahulu. Di kampuang baguno balun".
Ada beberapa penyebab banyaknya pemuda Minang merantau ke berbagai daerah, yaitu disebabkan oleh sistem matrilineal yang dianut oleh suku Minang, dimana kepemilikan Harta berada di tangan perempuan, sedangkan laki-laki hanyalah "numpang" hidup saja. 
Pekerjaan yang dilakukan di daerah Rantau pada umumnya yang bekerja di sektor informal, seperti pedagang pakaian hingga membuka warung makan Padang. Sedangkan bekal untuk merantau adalah ilmu bela diri yang di dapatkan selama mengaji di surau. 
Lain dulu lain sekarang, karakter masyarakat Minang memang masih suka merantau, namun saat sekarang ini tidak saja laki-laki yang merantau, namun banyak dari kaum wanita merantau ke berbagai daerah hingga ke negeri jiran. Keberanian wanita Minang merantau saat ini tidak seperti laki-laki yang bisa mengandalkan ilmu bela diri, namun wanita Minang mengandalkan ilmu sekolah seperti ijazah setingkat SLTA,  sedangkan pekerjaan yang dicari bukanlah sebagai pedagang, namun sebagai penjaga toko, kasir, mall atau sektor formal lainnya yang bisa diperoleh dengan mengandalkan ijazah sekolah. 
Baik laki-laki maupun perempuan sama saja, bahkan para sarjana muda lulusan perguruan tinggi di Sumatera Barat banyak yang pergi merantau setelah menamatkan pendidikannya, hal ini dipengaruhi karena terlalu mengandalkan ijazah setelah menjadi sarjana, sedangkan lowongan kerja yang ada di Sumatera barat sangatlah sedikit bagi lulusan perguruan tinggi. Para sarjana muda kebanyakan merantau ke pulau Jawa, khususnya Kota Jakarta. 
Padahal sarjana muda ini sangat diharapkan ilmunya untuk membangun kampung halaman. 
Tidak heran jika pemerintah Kota Padang mengizinkan berdirinya salah satu pasar modern di Kota Padang, karena kehadirannya sangat membantu dalam membuka lapangan kerja untuk masyarakat Sumatera barat, hal ini adalah bentuk perubahan karakter masyarakat Minang yang dahulu tidak mengandalkan ijazah dalam mendapatkan pekerjaan, namun saat ini ijazah adalah alat mendapatkan pekerjaan. 
Terakhir yang terpenting sejauh apapun daerah perantauan, namum kampung halaman jangan dilupakan, seperti kata pepatah, setinggi terbangnya bangau, pulangnya ke kubangan jua.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar