Selasa, 20 Juni 2017

Orang Minang Bodohnya Cuma Seminggu

Pernah gak kamu dengar kalimat "orang Minang kalau merantau bodohnya cuma seminggu". Kalimat ini adalah sebuah analogi untuk orang Minang yang merantau, seminggu pertama di Rantau biasanya masih beradaptasi dengan lingkungan, bisa dikatakan masih bodoh dalam hal merantau, namun selepas seminggu merantau, maka dia tidak akan bodoh lagi. Sebelumya oranglain yang ngatur dia, nah kalau sudah lewat seminggu maka dia juga yang akan mengatur oranglain.

Sebenarnya kalimat tersebut bisa dimaknai secara positif, bahwa orang Minang sangat cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan baru, beberapa faktor yang membuat orang Minang cepat beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu sebagai etnis yang suka merantau, membuat mereka terbiasa dengan daerah baru, nenek moyang yang sudah merantau membuat darah perantau mengalir di dalam nadinya. Bagi orang Minang, pengalaman merantau adalah pengalaman yang sangat berharga, karena dengan merantau dapat membuat seseorang lebih dewasa, pengalaman merantau juga menjadi cerita ketika berkumpul dengan teman sebaya di kampung halaman.
Faktor yang kedua adalah orang Minang mau belajar. Hidup di daerah Rantau harus bisa survive tanpa meminta belas kasihan oranglain, bekerja dengan oranglain adalah pilihan pertama orang Minang ketika menginjakan kakinya di daerah Rantau, biasanya mereka bekerja dengan sanak famili yang telah sukses di Rantau orang. Motivasi untuk mengikuti jejak sukses sanak famili tersebut membuat orang Minang membuat target-target tersendiri ketika, dengan target dan motivasi besar membuat orang Minang mau belajar dalam setiap pekerjaan yang mereka geluti. 
Faktor lainnya adalah rasa malu yang dimiliki oleh orang Minang. Malu rasanya jika pulang kampung tidak membawa apa-apa, kesuksesan adalah hadiah terbesar yang ingin diberikan para perantau ini kepada seluruh keluarganya di kampung halaman. Lebih baik sengsara di Rantau orang daripada menanggung malu di kampung sendiri. 
Persaingan ekonomi semakin ketat, banyak orang Minang yang gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan pengusaha-pengusaha asing, sudah semestinya orang Minang evaluasi diri, bahwa hanya berkutat di sektor ekonomi menengah kebawah tidak menjamin kesejahteraan. Masuki ke sektor ekonomi menengah atas harus dilakukan oleh orang Minang, di sini patut ditunggu keberanian orang Minang dalam percaturan ekonomi, khususnya di Indonesia, sehingga peran orang Minang tidak hanya penonton saja, terlebih di sektor politik, saat ini setiap orang yang memiliki modal besar bisa mempengaruhi keputusan politik, sementara dapat kita lihat peran orang Minang masih minim dalam perpolitikan tanah air, semoga tulisan ini dapat mengunggah setiap orang Minang yang membacanya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar