Tuhan,
Saya ingin menikah di usia 25 tahun..
Sebuah
ucapan yang mungkin jadi bahan lelucon teman-teman saya, namun ini telah
tertanam dalam lubuk hati yang paling dalam. Membangun rumah tangga sakinah, mawaddah, warrahmah merupakan hal yang sangat saya impikan. Saya terobsesi oleh
bebarapa buku yang sangat menganjurkan menikah secepat mungkin, ada beberapa
macam alasannya. Jika kita berpedoman pada buku karangan Ippho Santosa, maka
beliau beralasan bahwa tali pernikahan mampu melejitkan rezki. Memang tidak
bisa kita membantah hal tersebut, karena telah terbukti secara ilmiah oleh seorang
sosiolog dari Ohio State University, Jay Zagorsky yang pernah melakukan
penelitian mengenai hal ini. Penelitian yang dilakukan selama 15 tahun, yaitu
dari tahun 1985 sampai 2000. Ia menyurvei yang melibatkan 9000 orang. Hasilnya adalah
pernikahan membuat seseorang lebih kaya. Setiap orang yang menikah menurut Jay
Zagorsky, rata-rata memperoleh pendapatan dua kali lipat. Temuan tersebut
dijelaskan dalam Journal Of Sociology.
Jika
Ippho Santosa memandang dari segi pendapatan, maka bagi Ahmad Rifa’i Ri’an
dalam bukunya “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk” mengaitkan pernikahan dengan
agama. Dalam buku tersebut beliau mengatakan “Allah memerintahkan nikah sebagai ikatan suci dua insan manusia yang
saling mencinta. Bukan hanya untuk menghalalkan ‘aktivitas ranjang’. Ada tujuan
agung yang hendak didapat. Nikah menjadi pelindung kehormatan,pengokoh iman dan
penjaga ketaatan.” Memang benar jika menikah adalah satu-satunya jalan
menyempurnakan agaman, karena dengan menikah kita akan terjaga dari pandangan
terlarang, terjaga kehormatan, serta ketenangan jiwa.
Begitulah
kira-kira beberapa literatur menjadi cambuk untuk jiwa saya untuk “ngebet”
menikah. Sebagai seorang muslim tentunya kita ingin sekali menyempurnakan
agama, dan rasul menegaskan satu-satunya jalan menyempurnakann agama adalah
menikah, serta telah banyak fakta di lapangan yang saya lihat orang-orang yang
menikah muda cepat suksesnya, dengan catatan bahwa keluarga yang dibangun
benar-benar atas dasar agama Allah yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Bukti nyata
itu adalah saudara saya sendiri, yang mana rezekinya melejit setelah menikah. Islam tidak pernah bertentang dengan fitrah
manusia, agama Islam sangat paham dan mengerti bahwa fitrah manusia membutuhkan
kasih sayang, adanya kebutuhan biologis yang mesti dipenuhi.
Tuhan,
hamba ingin menikah secepatnya. Saya yakin Engkau pasti mengabulkan doa setiap manusia.
Ada
pertanyaan dari orang-orang di sekitar saya, “memangnya jodoh kamu siapa?”
sebagai manusia normal saya meminjam pepatah masyarakat Minangkabau “mato
condong ka nan rancak. Salero condong ka nan lamak” artinya setiap manusia
pasti menginginkan yang indah dipandang mata. Begitupun saya, saya juga ingin
mendapatkan seorang ibu untuk anak-anak saya yang cantik hati dan canti
fisiknya, masalah siapa orangnya “wallahu ‘alam”. Saya tidak perlu munafik,
karena sudah fitrah manusia seperti itu.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar