Rabu, 10 Desember 2014

Tuhan, Saya Ingin Menikah Secepatnya


Tuhan, Saya ingin menikah di usia 25 tahun..

Sebuah ucapan yang mungkin jadi bahan lelucon teman-teman saya, namun ini telah tertanam dalam lubuk hati yang paling dalam. Membangun rumah tangga sakinah, mawaddah, warrahmah merupakan hal yang sangat saya impikan. Saya terobsesi oleh bebarapa buku yang sangat menganjurkan menikah secepat mungkin, ada beberapa macam alasannya. Jika kita berpedoman pada buku karangan Ippho Santosa, maka beliau beralasan bahwa tali pernikahan mampu melejitkan rezki. Memang tidak bisa kita membantah hal tersebut, karena telah terbukti secara ilmiah oleh seorang sosiolog dari Ohio State University, Jay Zagorsky yang pernah melakukan penelitian mengenai hal ini. Penelitian yang dilakukan selama 15 tahun, yaitu dari tahun 1985 sampai 2000. Ia menyurvei yang melibatkan 9000 orang. Hasilnya adalah pernikahan membuat seseorang lebih kaya. Setiap orang yang menikah menurut Jay Zagorsky, rata-rata memperoleh pendapatan dua kali lipat. Temuan tersebut dijelaskan dalam Journal Of Sociology.


Jika Ippho Santosa memandang dari segi pendapatan, maka bagi Ahmad Rifa’i Ri’an dalam bukunya “Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk” mengaitkan pernikahan dengan agama. Dalam buku tersebut beliau mengatakan “Allah memerintahkan nikah sebagai ikatan suci dua insan manusia yang saling mencinta. Bukan hanya untuk menghalalkan ‘aktivitas ranjang’. Ada tujuan agung yang hendak didapat. Nikah menjadi pelindung kehormatan,pengokoh iman dan penjaga ketaatan.” Memang benar jika menikah adalah satu-satunya jalan menyempurnakan agaman, karena dengan menikah kita akan terjaga dari pandangan terlarang, terjaga kehormatan, serta ketenangan jiwa.

Begitulah kira-kira beberapa literatur menjadi cambuk untuk jiwa saya untuk “ngebet” menikah. Sebagai seorang muslim tentunya kita ingin sekali menyempurnakan agama, dan rasul menegaskan satu-satunya jalan menyempurnakann agama adalah menikah, serta telah banyak fakta di lapangan yang saya lihat orang-orang yang menikah muda cepat suksesnya, dengan catatan bahwa keluarga yang dibangun benar-benar atas dasar agama Allah yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Bukti nyata itu adalah saudara saya sendiri, yang mana rezekinya melejit setelah menikah.  Islam tidak pernah bertentang dengan fitrah manusia, agama Islam sangat paham dan mengerti bahwa fitrah manusia membutuhkan kasih sayang, adanya kebutuhan biologis yang mesti dipenuhi.

Tuhan, hamba ingin menikah secepatnya. Saya yakin Engkau pasti  mengabulkan doa setiap manusia.
Ada pertanyaan dari orang-orang di sekitar saya, “memangnya jodoh kamu siapa?” sebagai manusia normal saya meminjam pepatah masyarakat Minangkabau “mato condong ka nan rancak. Salero condong ka nan lamak” artinya setiap manusia pasti menginginkan yang indah dipandang mata. Begitupun saya, saya juga ingin mendapatkan seorang ibu untuk anak-anak saya yang cantik hati dan canti fisiknya, masalah siapa orangnya “wallahu ‘alam”. Saya tidak perlu munafik, karena sudah fitrah manusia seperti itu.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar