Oleh: Yaser Arafat
Jarum jam telah
menunjukan pukul 08.00. Sebenarnya jam delapan ini sudah memasuki waktu ujian.
60-an mahasiswa telah masuk kelas bersiap-siap untuk ujian, namun saat itu
dosen yang mengawas belum juga hadir. Hari itu adalah hari terakkhir Ujian
Akhir Semester, mahasiswa sudah mulai gelisah menunggu dosen yang bersangkutan,
tersiar kabar bahwa dosen yang akan mengawas tidak bisa hadir pada hari itu. Ahirnya
yang mengawas ujian saat itu adalah pegawai jurusan. Ujian hari itu benar-benar
diluar prediksi mahasiswa, tiga dari lima soal yang tertuang dalam kertas ujian
sangat jauh dari jangkauan kemampuan mereka, memang karena soal yang diberikan
belum pernah diajarkan saat perkuliahan.
Mereka pun tidak kehilangan akal
untuk menjawab seluruh pertanyaan tersebut, beragam usaha dilakukan tidak
terkecuali kecurangan-kecurangan yang memang menjadi kebiasaan mahasiswa
tersebut kala ujian belangsung. Bentuk-bentuk kecurangan tersebut ada yang
berupa membuka gadget dan membuka buku, memang pengawasan yang dilakukan oleh
pegawai jurusan tidak seketat dosen pengampu sehingga mahasiswa itu bebas untuk
berlaku curang. Walaupun mayoritas mahasiswa melakukan kecurangan, namun masih
ada seorang mahasiswa yang berlaku jujur, meski ibarat oase di tengah sahara.
Dia tidak mau berlaku curang
saat ujian, walaupun akhirnya dia hanya mampu menjawab dua soal, karena memang
cuma dua soal yang sanggup ia jawab (yang pernah diajarkan dosennya). Rasa pesimis hadir dalam hatinya, dia yakin
ujian hari itu akan gagal dan nilai yang akan dia peroleh akan jelek. Namun ia
mengingat nasihat orangtuanya agar selalu pasrah kepada Allah, lalu dia
pasrah dengan seluruh kehendak Tuhan.
Hari berlalu, pengumuman
nilai ujian dilakukan oleh universitas, sebuah keajaiban muncul,
ternyata nilai mayoritas mahasiswa rendah-rendah, kisaran C sampai E. Keajaiban
yang dimaksud adalah ternyata nilai mahasiswa yang tidak berlaku curang tadi
adalah A. Dia begitu heran dan penasaran kenapa nilai ujiannya tinggi padahal waktu ujian dia hanya menjawab dua dari lima soal yang ada. Karena rasa penasaran itu amat besar,
dia pun menanyakan perihal tesebut kepada dosen pengampu mata kuliah tersebut.
Sang dosen menjawab: “Saya sengaja memberikan soal-soal yang belum
saya ajarkan dan kamu beserta teman-temanmu tidak mungkin mampu menjawabnya kecuali kalian membuka
buku dan gadget (berlaku curang) saat ujian. Mayoritas teman-teman kamu menjawab semua soal
dengan kecurangan, dan kamu yang cuma menjawab dua soal dan saya yakin itulah
sebuah kejujuran”. Mahasiswa itupun baru paham, ternyata hari itu bukanlah
ujian akhir semester, tapi merupakan ujian kejujuran.
Pesan moral dari cerita diatas
adalah kita dalam setiap keadaan harus selalu berlaku jujur, jangan sampai kita
jujur hanya dalam keadaan lapang, dalam keadaan sempit pun kita harus tetap
berlaku jujur. Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar