Rabu, 03 September 2014

Sosiologi: Sosialisasi dan Tahap-Tahap Sosialisasi.



Berger mendefenisikan sosialisasi sebagai “a process by wich a child learns to be a participant member of society” proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpatisipasi dalam masyarakat (Berger dalam Sunarto, 2004).
Defenisi ini disajikan dalam suatu pokok bahasan berjudul “society in man”; dari sini tergambar pandangannya bahwa melalui sosialisasi masyarakat dimasukan ke dalam manusia.

Pemikiran Mead

Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosialisasi ialah teori Goerge Herbert Mead. Dalam teori yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972), Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Manusia yang baru lahir tidak mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia ini berlangsung melalui beberapa tahap-tahap, yaitu tahap play stage, game stage, dan generalized other.

Setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat-suatu proses yang dinamakan dengan pengambilan peran (role taking). Dalam proses ini, seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankannya serta peran yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam masyarakat ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Mead, pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang yang berada disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang dijalankan orangtuanya, misalnya, atau peran orang dewasa lain dengan siapa ia berinteraksi. Dengan demikian kita sering melihat anak kecil yang dikala bermain meniru peran yang dijalankan ayah, ibu, kakak, nenek, polisi, dokter, tukang pos, supir, dan sebagainya. Namun pada tahap ini, sang anak belum sepenuhnya memahami isi peran-peran yang ditirukannya itu.

Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengeahui peran yang harus dijalankan, tetapi telah pula mengetahui peran yang dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Contoh yang diajukan Mead adalah keadaan dalam suatu pertandingan tidak hanya mengetahui apa yang diharapkan orang lain darinya, tetapi juga apa yang diharapkan oranglain yang ikut bermain dalam pertadingan tersebut. Dikala bermain sebagai penjaga gawang misalnya, ia mengetahui peran-peran yang dilakukan oleh penjaga gawang tersebut, dan peran-peran yang dilakukan oleh orang lain.

Pada tahap awal sosialiasi, interaksi anak biasanya terbatas pada jumlah kecil orang lain—biasanya keluarga, terutama ayah dan ibu. Oleh Mead, yang penting dalam proses sosialisasi ini dinamakan significant others. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang telah dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat—mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi dalam masyarakat karena memahami peranannya sendiri serta peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Selaku anak ia telah memahami peranan yang dilakukan orangtua. Jika seseorang telah mencapai tahap ini maka orang tersebut telah mempunya suatu diri. Dari pandangan Mead ini terlihat bahwa diri seseorang terbentuk melalu interaksi dengan orang lain.
Daftar Pustaka
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar